Page 56 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 16 OKTOBER 2020
P. 56

Elok nian bila peraturan pemerintah itu justru menjadi muara dalam mencapai kesepakatan yang
              menguntungkan semua pihak setelah muncul riak-riak pengesahan UU Cipta Kerja. Dengan kata
              lain, aturan turunan itu pada satu sisi propekerja dan pada sisi lain tetap mengalirkan investasi.

              Anggap saja aturan turunan itu sebagai rekonsiliasi setelah muncul perbedaan pandangan yang
              sangat tajam. Karena itu, dalam membahas aturan turunan dibutuhkan dialog yang jujur, ada
              proses  negosiasi  untuk  memberi  dan  menerima.  Hanya  dengan  berlandaskan  kejujuran  bisa
              dibangun kembali sikap saling percaya.

              Peraturan turunan itu mestinya menjelaskan lebih terperinci pasal-pasal yang diatur di dalam UU
              Cipta Kerja sehingga lebih konkret dan aplikatif.

              Tidak hanya itu, tapi juga akan membuat sejumlah pasal mengambang dalam UU Cipta Kerja
              tidak lagi ditafsirkan berbeda-beda yang memicu kontroversi.

              Misalnya pasal-pasal mengambang dalam klaster ketenagakerjaan yang disorot oleh kalangan
              buruh,  banyak  dilempar  ke  aturan  turunan.  Sebut  saja  menyangkut  ketentuan  syarat,  batas
              waktu,  dan  kompensasi  untuk  pekerja  kontrak  dan  pekerja  alih  daya,  juga  skema  jaminan
              kehilangan pekerjaan serta patungan pesangon antara pengusaha dan negara. Aturan itu pun
              harus mengatur tata cara penghitungan upah minimum, ketentuan waktu kerja, dan lembur.

              Lewat aturan turunan yang lebih akomodatif itu, bolehlah pemerintah meyakinkan publik bahwa
              omnibus law tidaklah seperti yang ditakutkan. Harus ditunjukkan bahwa kehadiran UU Cipta
              Kerja ialah untuk menjadi jembatan antara pengusaha dan para pekerja.

              Dalam hal perampingan izin berusaha di daerah yang selama ini kerap dikeluhkan prosesnya
              yang  panjang,  menjadi  keniscayaan  bagi  pemerintah  pusat  untuk  menampung  aspirasi  dari
              pemerintah daerah terkait penyusunan aturan turunan UU Cipta Kerja.

              Semua  harus  memiliki  semangat  sama  bahwa  pemangkasan  izin  bukanlah  resentralisasi,
              melainkan  untuk  mempermudah  perizinan  sehingga  lapangan  kerja  semakin  terbuka  dan
              masyarakat  juga  mudah  bekerja.  Sepakati  jenis-jenis  usaha  apa  saja  di  daerah  yang  harus
              disederhanakan dan prosedurnya seperti apa.

              Penyusunan  peraturan  pelaksana  UU  Cipta  Kerja  hendaknya  dibangun  di  atas  prinsip
              kepentingan bersama bahwa buruh tidak tertindas dan investasi tidak bablas. Aturan turunan itu
              mestinya mampu menurunkan tensi politik yang sempat tinggi saat pengesahan UU Cipta Kerja.

              Karena itu, dalam membahas aturan turunan dibutuhkan dialog yang jujur, ada proses negosiasi
              untuk memberi dan menerima.
























                                                           55
   51   52   53   54   55   56   57   58   59   60   61