Page 71 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 29 DESEMBER 2020
P. 71

Said  menyebut  fakta  di  lapangan  bertolak  belakang  dengan  pernyataan  pemerintah  untuk
              membendung korban pemutusan hubungan kerja (PHK) dengan UU Ciptaker.
              Menurut dia, yang terjadi hanya shifting (pergeseran) status pekerja dari karyawan tetap menjadi
              pekerja kontrak lewat hubungan kerja alih daya ( outsourcing ). Dia menyebut banyak pekerja
              yang  mengalami  PHK  lalu  ditawari  pekerjaan  sama  oleh  perusahaan  sebelumnya,  namun
              statusnya berubah menjadi pekerja outsourcing.

              "Terjadi  shifting,  perpindahan  dari  karyawan  tetap  menjadi  kontrak.  Seolah-olah  ada  yang
              dipecat lalu masuk ke pasar kerja baru, engga itu shifting, " jelasnya pada konferensi pers daring,
              Senin (28/12).

              Said  memaparkan  hal  tersebut  terjadi  karena  dalam  UU  Ciptaker,  perusahaan  tak  memiliki
              kewajiban  untuk  mengangkat  pekerja  dalam  periode  kerja  tertentu,  maka  kian  marak
              perusahaan yang memilih menggunakan tenaga outsourcing.

              Dia membantah pernyataan beberapa menteri yang menyebut UU Ciptaker membuka lapangan
              pekerjaan secara besar-besaran.

              "Saya  gak  tau  data  yang  dipakai  Menko  Perekonomian  atau  Menkomarves  bagaimana  bisa
              menunjukkan kalau ada perekrutan atau penambahan pekerjaan baru melalui Omnibus Law,"
              ujarnya.

              Dalam  kesempatan  sama,  ia  juga  menyebut  UU  Ciptaker  tidak  efektif  dalam  mendongkrak
              pertumbuhan ekonomi. Karena, dalam beleid nantinya upah minimum sektor provinsi (UMSP)
              dihapuskan dan hanya berlaku upah minimum Kabupaten/Kota (UMK).

              Dia  mengatakan  kenaikan  upah  lewat  UMP  tidak  signifikan,  kenaikan  yang  mengikuti
              pertumbuhan ekonomi regional atau inflasi tahunan ini hanya akan menaikkan upah sebesar
              Rp50 ribu-Rp150 ribu. Misalnya saja, jika inflasi tahunan sebesar 3 persen dan UMK daerah
              tersebut sebesar Rp4,2 juta, maka kenaikan gaji tahunan sebesar Rp102 ribu.

              Jika buruh dibayar upah murah, ia menilai daya beli akan lesu dan otomatis berdampak langsung
              kepada perekonomian nasional.

              "Ini mendegradasi, downgrade kembali pada rezim upah murah dengan hilangnya UMSK dan
              UMK bisa naik bisa tidak. Kalau pun naik berdasarkan inflasi atau pertumbuhan ekonomi daerah,"
              tutupnya.


























                                                           70
   66   67   68   69   70   71   72   73   74   75   76