Page 116 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 15 OKTOBER 2020
P. 116

Judul               Bijak Merumuskan Kebijakan
                Nama Media          Jawa Pos
                Newstrend           Omnibus Law
                Halaman/URL         Pg4
                Jurnalis            Tajuk Rencana
                Tanggal             2020-10-15 04:00:00
                Ukuran              431x93mmk
                Warna               Warna
                AD Value            Rp 159. 470. 000

                News Value          Rp 478. 410. 000
                Kategori            Dirjen PHI & Jamsos
                Layanan             Korporasi
                Sentimen            Negatif




              Ringkasan
              Polemik  omnibus  Law  Undang-Undang  (UU)  Cipta  Kerjaa  dalah  kesalahan  yang  berulang.
              Setahun  lalu,  pengesahan  revisi  UU  KPK  dalam  rapat  paripurna  DPR  juga  menimbulkan
              gelombang protes. Masalahnya sama: proses penyusunan yang tidak sesuai dengan ketentuan.
              Banyak prosedur yang ditabrak.

              Yang paling kentara adalah soal partisipasi publik Dua produk legislasi tersebut dihasilkan dengan
              minim  melibatkan  publik.  Telinga  legislatif  dan  eksekutif  seperti  tidak  dibuka  lebar-lebar
              untukmendengar  berbagai  pendapat  elemen  masyarakat  terhadap  pasal-pasal  tertentu  atau
              yang  mempertanyakan  urgensi  dan  meminta  pembahasan  RUU  itu  distop.  Yang  terjadi,
              pembahasannya justru tergesa-gesa dan terkesan ditutup-tutupi.



              BIJAK MERUMUSKAN KEBIJAKAN

              Polemik  omnibus  Law  Undang-Undang  (UU)  Cipta  Kerjaa  dalah  kesalahan  yang  berulang.
              Setahun  lalu,  pengesahan  revisi  UU  KPK  dalam  rapat  paripurna  DPR  juga  menimbulkan
              gelombang protes. Masalahnya sama: proses penyusunan yang tidak sesuai dengan ketentuan.
              Banyak prosedur yang ditabrak.

              Yang paling kentara adalah soal partisipasi publik Dua produk legislasi tersebut dihasilkan dengan
              minim  melibatkan  publik.  Telinga  legislatif  dan  eksekutif  seperti  tidak  dibuka  lebar-lebar
              untukmendengar  berbagai  pendapat  elemen  masyarakat  terhadap  pasal-pasal  tertentu  atau
              yang  mempertanyakan  urgensi  dan  meminta  pembahasan  RUU  itu  distop.  Yang  terjadi,
              pembahasannya justru tergesa-gesa dan terkesan ditutup-tutupi.

              Sebagai sebuah kebijakan untuk publik, dua beleid tersebut-dan sangatmungkinjugapada UU
              lain- jelas tidakmelalui prosesyang ideal. Menepikan aspirasi dan partisipasi publik tentu bukan
              hal  yang  bijaksana  bagi  para  pengambil  kebijakan  Apalagi,  itu  terjadi  di  sebuah
              negarayangmengagungkan demokrasi.

              UU memang tidak lahir di ruang hampa Ada banyakkepentingan. Keputusan yang dipandang
              baik oleh suatu kelompok belum tentu baikpulauntukkelompokyanglain Maka, sudah semestinya,


                                                           115
   111   112   113   114   115   116   117   118   119   120   121