Page 58 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 15 OKTOBER 2020
P. 58

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mempersilakan untuk ke Mahkamah Konstitusi jika ada pihak
              yang keberatan dengan RUU Cipta Kerja.
              Draf RUU

              Sejak disetujui untuk disahkan menjadi UU oleh DPR pada 5 Oktober lalu, setidaknya ada tiga
              versi draf RUU Cipta Kerja. Draf itu adalah versi 905 halaman, versi 1. 035 halaman, dan versi
              812 halaman. Draf yang diserahkan DPR kepada pemerintah melalui Menteri Sekretariat Negara
              Pratikno, Rabu (14/10), adalah versi 812 halaman.

              Anggota Badan Legislasi (Baleg) DPR dari Fraksi Partai Nasdem, Taufik Basari, mengatakan,
              dokumen  resmi  RUU  Cipta  Kerja  bukan  draf  setebal  905  halaman,  melainkan  812  halaman.
              Dokumen resmi itu sesuai keputusan panitia kerja (panja) dan tak ada perubahan substansi
              selama sepekan setelah disahkan di rapat paripurna.

              Menurut  Kepala  Bagian  Hukum  dan  Kerja  Sama  Luar  Negeri  Ditjen  Pembinaan  Hubungan
              Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Ke-menterian Ketenagakerjaan Agatha Widianawati,
              DPR  dan  pemerintah  hanya  merapikan  substansi  sesuai  kesepakatan  rapat  panja  RUU  Cipta
              Kerja. "Yang menjadi pegangan kami adalah hasil kesepakatan di panja. Itu yang dituangkan
              dalam RUU," kata Agatha.

              Anggota Baleg DPR dari Fraksi Partai Demokrat, Bam-bang Purwanto, mengatakan, dalam rapat
              paripurna, fraksinya mengacu pada draf RUU Cipta Kerja setebal 905 halaman yang diterima dari
              Sekretariat Baleg sekitar tiga jam sebelum rapat paripurna dimulai pada 5 Oktober lalu.

              Perbedaan

              Penelusuran Kompas, setidaknya ada sembilan perbedaan isi antara draf 812 halaman dan draf
              905  halaman  di  kluster  ketenagakerjaan.  Sembilan  poin  itu  adalah  pengenaan  denda  bagi
              pengusaha yang terlambat membayar upah dan bagi buruh yang melakukan pelanggaran yang
              disengaja; ketentuan tambahan istirahat/cuti panjang akan diatur di peraturan pemerintah; serta
              penegasan  Dewan  Pengupahan  memberi  pertimbangan  kepada  pemerintah  pusat  dan
              pemerintah daerah dalam merumuskan kebijakan upah.

              Ada juga ketentuan tambahan yang mengatur lebih detail alasan pemutusan hubungan kerja
              (PHK),  perubahan  ketentuan  pembayaran  pesangon,  penghapusan  sanksi  untuk  buruh  yang
              mogok kerja, penegasan iuran Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP) akan dibayarkan pemerintah
              pusat, dan penegasan JKP diberikan paling banyak 6 bulan. Selain itu, perubahan variabel syarat
              penetapan  upah  minimuMKabupaten/kota  dari  "pertumbuhan  ekonomi  dan  inflasi"  menjadi
              "pertumbuhan ekonomi atau inflasi".

              Wakil Ketua Konfederasi Persatuan Buruh Indonesia (KPBI) Jumisih mengatakan, dalam draf
              terbaru  (812  halaman),  ada  perbaikan  sejumlah  hal,  di  antaranya  ketentuan  pesangon  dan
              sejumlah syarat PHK. Namun, tidak mengubah substansi RUU yang secara umum mereduksi hak
              dan perlindungan buruh.

              Ia  mencontohkan  Pasal  59  yang  menghapus  batasan  masa  kontrak  pekerja  perjanjian  kerja
              untuk waktu tertentu.

              Pengajar  Ilmu  Perundang-undangan  Universitas  Jember,  Bayu  Dwi  Anggono,  mengatakan,
              perubahan  subtansi  setelah  RUU  disetujui  untuk  disahkan,  apa  pun  alasannya,  tak  dapat
              dibenarkan.

              Mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie mengatakan, RUU Cipta Kerja seharusnya sudah final dan
              tak boleh diubah saat disetujui untuk disahkan menjadi undang-undang di Rapat Paripurna DPR


                                                           57
   53   54   55   56   57   58   59   60   61   62   63