Page 221 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 4 OKTOBER 2021
P. 221

Pengawasan  lemah  Kondisi  ini  seharusnya  dapat  dihindari  dengan  mewajibkan  perusahaan
              membayar  upah  sesuai  struktur  dan  skala  upah.  Undang-Undang  Cipta  Kerja  mengatur,
              pengusaha yang memberikan gaji di bawah upah minimum dikenai sanksi pidana penjara 1-4
              tahun dan/atau denda minimal Rp 100 juta dan maksimal Rp 400 juta. Namun, aturan ini hanya
              garang di atas kertas.

              Sumber  masalah  berbagai  konflik  ketenagakerjaan  adalah  lemahnya  pengawasan  dan
              penegakan sanksi. Kementerian Ketenagakerjaan berulang kali mengeluhkan minimnya jumlah
              pengawas  ketenagakerjaan.  Idealnya  diperlukan  6.000  pengawas  yang  disebar  di  semua
              kabupaten/kota. Nyatanya, jumlah pengawas saat ini hanya 1.586 orang dan terpusat di Jakarta
              atau ibu kota provinsi.

              Di sisi lain, masih banyak pekerja yang tidak berserikat sehingga posisi tawarnya lemah untuk
              memperjuangkan hak. Ada pula yang tidak tahu bahwa dirinya berhak dan wajib dibayar sesuai
              UMP sehingga banyak kasus pelanggaran tidak diketahui dan berujung data statistik di BPS.

              Padahal, upah minimum dapat menjadi instrumen efektif mencegah kemiskinan. Simulasi dalam
              laporan Global Wage Report 2020-2021, jika pengusaha patuh menjalankan upah minimum dan
              aturan  itu  diterapkan  merata  kepada  semua  kelompok  pekerja,  tingkat  kemiskinan  dan
              kesenjangan dapat berkurang signifikan. Apalagi jika diterapkan sesuai struktur dan skala upah.

              Perdebatan  perlu  tidaknya  menaikkan  upah  minimum  sedang  menjadi  polemik  global.
              Pandangan  tradisional  menilai,  kenaikan  upah  dapat  membebani  pelaku  usaha,  menggerus
              lapangan kerja, dan mendorong pengangguran. Konsumen juga bisa rugi karena biaya ekstra
              untuk upah dikompensasikan pada harga barang/jasa yang dihasilkan.

              Namun,  pandangan  baru  mendebat  itu  dan  menempatkan  kenaikan  upah  sebagai  bentuk
              investasi yang akan mendorong konsumsi, menarik investasi, dan menggerakkan ekonomi. Saat
              krisis, upah minimum layak justru diperlukan. Jika warga tidak punya cukup uang untuk membeli
              kebutuhan  hidup,  konsumsi  tertahan  dan  ekonomi  sulit  pulih.  Terlebih  di  negara  yang
              mengandalkan konsumsi rumah tangga sebagai penggerak ekonomi.
              Tentu saja, besarannya harus tetap proporsional, sesuai dengan kebutuhan riil buruh dan kondisi
              perekonomian  setempat.  Kenaikan  upah  minimum  yang  layak  dan  proporsional,  diiringi
              penguatan instrumen pengawasan dan penegakan sanksi, akan menopang pemulihan ekonomi
              yang lebih berkualitas.





























                                                           220
   216   217   218   219   220   221   222   223   224   225   226