Page 16 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 19 NOVEMBER 2020
P. 16

tersebut  menjadi  sorotan  bagi  banyak  pihak,  khususnya  dunia  usaha  dan  karyawan,  untuk
              mendapatkan kejelasan terkait kebijakan baru berdasarkan UU Cipta Kerja yang disahkan.
              Melatarbelakanginya,  Politeknik  Ketenagakerjaan  menggelar  webinar  pada  Selasa  (17/11)
              dengan tema "Undang-Undang Cipta Kerja: Menyoal Dampak Implementasi Skema Baru PHK
              dan  Pesangon.  Politeknik  Ketenegakerjaan  memberikan  wadah  diskusi  dalam  membahas
              kebijakan-kebijakan  tersebut  agar  bisa  diimplementasikan  dengan  baik  dengan  mengundang
              beberapa narasumber ahli dibidangnya seperti Sahat Sinurat, Dosen Relasi Industri Politeknik
              Ketenagakerjaan, Adityawarman, Dewan Pengawas BPJS Ketenagakerjaan dan Abdullah, Ketua
              Umum Federasi Serikat Pekerjaan Kimia Energi Pertambangan.

              Seminar ini diharapkan dapat menyumbang gagasan oleh Politeknik Ketenagakerjaan kepada
              Kementerian  Ketenagakerjaan  khususnya  dalam  rangka  menyusun  peraturan  pemerintah
              tentang PHK dan perhitungan tentang pesangon. Sahat Sinurat, Dosen Relasi Industri Politeknik
              Ketenagakerjaan  mengungkapkan  menyoal  dampak  implementasi  skema  baru  PHK  dan
              Pesangon dapat dilihat dari aspek perselisihan PHK.

              "Aspek perselisihan PHK menyoal masalah-masalah biasanya terkait tiga hal yaitu alasan PHK,
              hak  atas  PHK,  dan  pelaksanaan  hak  atas  PHK"  ujar  Sahat  Sinurat.  Dengan  UU  Cipta  Kerja
              diharapkan menguatkan kembali terkait kebijakan PHK yang telah diatur dalam kontruksi skema
              baru  PHK  dan  Pesangon.  Inti  dari  kluster  ketenagakerjaan  mengubah  atau  mengapus  serta
              menetapkan dari beberapa ketentuan dari UU yang berlaku. "Artinya Pemerintah berkomitmen
              memastikan pembayaran PHK dan kita berharap perusahaan tidak boleh abai terhadap pesangon
              yang telah menjadi hak para pekerja dalam melakukan PHK'' tambahnya.

              Pada  kesempatan  yang  sama  Adityawarman,  Dewan  Pengawas  BPJS  Ketenagakerjaan
              memaparkan di era masa kini untuk memasuki dunia kerja dibutuhkan vokasi, sertifikasi dan
              membutuhkan  produktivitas  agar  mampu  memiliki  daya  saing  SDM  yang  baik.  "Perusahaan
              membutuhkan tenaga kerja kompetitif, sehingga lembaga pendidikan perlu membentuk calon-
              calon tenaga kerja yang memiliki berdaya saing SDM yang baik di dunia kerja nanti" tutur Aditya.
              Ia melanjutkan, Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP) pada UU Cipta Kerja menjelaskan bahwa
              JKP tidak berkurang manfaatnya serta tidak menambah iurannya.

              Sementara  Abdullah,  Ketua  Umum  Federasi  Serikat  Pekerjaan  Kimia  Energi  Pertambangan
              menjelaskan  terkait  tinjauan  filosofi  dan  normatif  terkait  PHK  jadi  menjadi  tanggung  jawab
              semua "Kita semua baik dari pemerintah, perusahaan, dan serikat pekerja agar seiring dengan
              penuh keselarasan, harmoni, dan kita berharap semua menjalankan fungsi dan perannya untuk
              memastikan kesejahteraan untuk para pekerja" ungkap Abdullah. (CM).



























                                                           15
   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21