Page 130 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 21 SEPTEMBER 2020
P. 130

Jakarta -  Ketua DPR RI Puan Maharani menyatakan, pembahasan Omnibus Law  RUU Cipta
              Kerja  akan dilakukan secara transparan dan cermat.
              Dia berjanji, pembahasan  RUU Cipta Kerja  akan dilakukan secara terbuka dan juga menyerap
              aspirasi masyarakat.

              "DPR membahas RUU Cipta Kerja secara hati-hati, transparan, terbuka, dengan mengutamakan
              kesinambungan  pelaksanaan  dari  hasil  ruu  cipta  kerja  sehingga  punya  legitimasi  kuat  untuk
              membangun bangsa dan negara," kata Puan, Sabtu (19/9/2020).

              Puan menyebut agenda pembahasan RUU Cipta Kerja dapat diketahui di laman resmi DPR RI.
              Dia membuka ruang bagi masayarakat yang ingin menyaksikan pembahasan Omnibus Law RUU
              Cipta Kerja melalui  live streaming  .

              "Apakah ini selesai (di masa sidang ini) atau tidak? Apakah akan segera diselesaikan? Saya minta
              DPR tetap membahasnya secara hati-hati dan transparan," ungkapnya.

              "Pembahasan dilakukan terbuka, bisa dilihat di TV Parlemen, akan ada tim yang merumuskan
              secara baik dan benar, transparan, dan punya legitimasi kuat untuk membangun bangsa dan
              negara," tegas Puan.

              Puan  mengatakan  target  menyelesaikan    RUU  Cipta  Kerja    bertujuan  untuk  menghasilkan
              undang-undang yang memiliki legitimasi kuat demi menjaga kepentingan negara.

              Wakil Ketua Badan Legislasi dari Fraksi PPP Achmad Baidowi menepis anggapan RUU Cipta Kerja
              klaster pendidikan, menciptakan pasar bebas di bidang pendidikan. Menurutnya, RUU Cipta Kerja
              tidak menghadirkan sisi komersial terkait perizinan di bidang pendidikan.

              "Enggak lah. Saya minta, terkait perizinan dalam hal pendidikan, bukan izin usaha komersial.
              Namun, lebih kepada izin operasional," kata Baidowi, Minggu (13/9/2020).

              Baidowi juga membantah soal narasi RUU Cipta Kerja klaster pendidikan disebut menghadirkan
              karpet merah bagi hadirnya perguruan tinggi asing di Indonesia.

              Pada dasarnya, pendidikan Indonesia tidak berkonsep komersial. Perguruan tinggi yang hendak
              didirikan di Indonesia perlu berbentuk yayasan. Dari situ, pihak asing tidak leluasa mendirikan
              perguruan tinggi di Indonesia.
              "Jadi konsep perizinan untuk pendidikan adalah konsep yang bukan komersial, tetapi lebih sosial.
              Membuat universitas, kan perlu yayasan," ungkap dia.

























                                                           129
   125   126   127   128   129   130   131   132   133   134   135