Page 16 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 16 SEPTEMBER 2020
P. 16

bisa melewati tahap krisis peningkatan kepulangan/pemulangan pekerja migran yang memuncak
              menjelang Ramadan dan Lebaran.
              Meski  demikian,  keberhasilan  tersebut  belum  tampak  dalam  penanganan  pandemi  Covid-19
              secara  keseluruhan.  Pengendalian  wabah yang  sempat  terkontrol  pada  saat  penerapan  awal
              pembatasan mobilitas sosial melalui skema pembatasan sosial berskala besar (PSSB), penerapan
              protokol kesehatan, ataupun pembatasan yang ketat pada penggunaan moda transportasi publik
              seakan-akan  tidak  ada  artinya  ketika  pemerintah  mendeklarasikan  kenormalan  baru,  yang
              kemudian direvisi menjadi adaptasi baru. Hingga bulan keenam pandemi ini berkecamuk, kurva
              kasus baru terus menjulang dan belum terlihat tanda-tanda menurun.

              Pandemi  Covid-19  telah  menggoyahkan  sendi-sendi  perekonomian  global,  dan  negara  yang
              masuk  resesi  seperti  kartu  domino  berjatuhan.  Krisis  ini  punya  dampak  yang  lebih  dahsyat
              dibanding krisis finansial pada 2008-2009 dan krisis moneter 1997-1998. Namun, karena krisis
              ini  merupakan  krisis  kesehatan  yang  disusul  krisis  ekonomi,  cara  pemulihan  yang  hanya
              bertumpu pada pertimbangan ekonomi semata bukanlah solusi yang tepat.

              Pernyataan  Presiden  Jokowi  dalam  Sidang  Kabinet  Paripurna  pada  7  September  lalu,  yang
              meminta  pemulihan  kesehatan  sebagai  upaya  yang  utama  dalam  penanganan  Covid-19,
              seharusnya menjadi langkah korektif dari kebijakan penanganan Covid-19, yang selama ini lebih
              mengutamakan  upaya  menjaga  stabilitas  pertumbuhan  ekonomi.  Namun,  setelah  mencabut
              Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 151 Tahun 2020 tentang Pelarangan Penempatan
              Pekerja Migran Indonesia di Masa Pandemi, Menteri Ketenagakerjaan melalui Keputusan Menteri
              Ketenagakerjaan  Nomor  294  Tahun  2020  membuka  kembali  penempatan  pekerja  migran
              Indonesia ke 14 negara.

              Badan  Perlindungan  Pekerja  Migran  Indonesia  (BP2MI)  bahkan  terus  berupaya
              memberangkatkan  88  ribu  calon  pekerja  migran  yang  sebelumnya  gagal  berangkat  akibat
              pandemi. Badan itu juga menjamin para calon pekerja itu bebas dari Covid-19.

              Argumentasi yang dipakai dalam perubahan kebijakan ini adalah agar stabilitas pertumbuhan
              ekonomi  terjaga  melalui  aliran  remitansi.  Dasar  pemikiran  ini  jelas  bertentangan  dengan
              pernyataan Jokowi bahwa pemulihan kesehatan merupakan hal yang utama. Oleh karena itu,
              Kementerian Ketenagakerjaan dan BP2MI harus membatalkan rencana kebijakan penempatan
              pekerja migran Indonesia ke luar negeri pada masa pandemi. Jangan jadikan pekerja migran
              sebagai tumbal pertumbuhan ekonomi dengan taruhan kesehatan dan keselamatan jiwanya.





























                                                           15
   11   12   13   14   15   16   17   18   19   20   21