Page 144 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 24 JUNI 2021
P. 144

1.233 EKS PEGAWAI MERPATI BELUM TERIMA PESANGON, TOTALNYA SAMPAI RP
              318 MILIAR
              Ribuan  mantan  pegawai  maskapai  PT  Merpati  Nusantara  Airlines  (MNA)  mengaku  belum
              mendapatkan pesangon sampai saat ini. Hak karyawan ini tak kunjung keluar sejak terdampak
              PHK 6 tahun silam atau tahun 2016.

              Kondisi  tersebut  membuat  para  pekerja  ini  memutuskan  untuk berkirim  surat  pada  Presiden
              Jokowi pada Kamis (17/6). Ketua Paguyuban Pilot Eks Merpati (PPEM), Capt. Anthony Ajawaila,
              mengungkapkan bahwa surat ini juga ditujukan pada Wakil Presiden RI, Menteri BUMN, Menteri
              Keuangan, Menteri Perhubungan, Menaker, Ketua Komnas HAM, Ketua Komisi VI DPR, hingga
              Ombudsman RI.

              Adapun jumlah mantan karyawan yang belum menerima hak ini, kata Anthony, mencapai ribuan
              orang. Dengan total dana yang belum dikeluarkan miliaran rupiah.

              "Hal itu berupa cicilan kedua uang pesangon dari 1.233 pegawai sejumlah Rp 318,17 miliar.
              Serta nilai hak manfaat pensiun berupa solvabilitas (Dapen MNA dalam Likuidasi) dari 1.744
              Pensiunan, sebesar Rp 94,88 miliar," ujar Anthony dalam rilis resmi, Rabu (23/6).

              Dia mengungkapkan, langkah perusahaan menunda pembayaran pesangon ini telah berdampak
              banyak pada para pekerja. Mereka yang tadinya berharap bisa menikmati uang pensiunan, malah
              kemudian mesti dihadapkan pada persoalan perceraian, anak sakit, hingga bahkan ada yang
              beralih menjadi sopir ojol dan kuli bangunan.

              Dalam  surat  terbuka  yang  ditujukan  pada  presiden,  mereka  berharap  pemerintah  bisa
              memastikan BUMN tidak lalai dalam kewajiban untuk memenuhi hak-hak mantan karyawan.

              Anthony  mengungkapkan,  para  pilot  hingga  pramugari  Merpati  ini  sudah  mulai  terdampak
              masalah sejak tahun 2013. Saat itu mereka sempat melakukan aksi demonstrasi karena mulai
              tak menerima gaji per Desember 2013.

              Pada  tahun  2016,  pemerintah  melalui  PT.  Perusahaan  Pengelola  Aset  (PPA)  menetapkan
              Program Restrukturisasi Karyawan berupa PHK massal, dengan pembayaran pesangon dicicil
              dalam 2 tahap.

              Cicilan  pesangon  tahap  pertama  dibayarkan  sebesar  50  persen,  sementara  cicilan  pesangon
              tahap  dua  diterbitkan  menjadi  Surat  Pengakuan  Utang  (SPU)  dijanjikan  akan  dilunasi  pada
              Desember 2018.

              "Janji pembayaran cicilan pesangon tahap dua tidak pernah terjadi. November 2018 keluarlah
              keputusan damai bahwa Homologasi diterima, dan segala yang berbentuk utang termasuk Surat
              Pengakuan Utang (SPU) pegawai menjadi masuk kedalam homologasi yang diharapkan akan
              bergulir,  atau  mulai  ada  kepastian  pembayaran  ditandai  dengan  terbitnya  izin  terbang  MNA
              (AOC)," jelasnya.

              Anthony berharap melalui surat terbuka ini, upaya para anggota PPEM untuk menuntut hak-hak
              normatifnya dapat berhasil. Mereka optimistis Jokowi bisa melakukan intervensi biar hak-hak
              para pekerja segera dipenuhi.

              "Bapak Presiden Jokowi yang memiliki kuasa penuh lewat kebijakannya, mampu memastikan
              pembayaran  hak  pesangon  dan  hak  pensiun  karyawan  MNA  ini  bisa  terpenuhi.  Kami  sangat
              berharap Presiden Jokowi dapat membantu kami," tuturnya.




                                                           143
   139   140   141   142   143   144   145   146   147   148   149