Page 195 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 24 JUNI 2021
P. 195

Pensiunan, sebesar Rp. 94,88 miliar," kata Anthony dalam konferensi pers Pembacaan Surat
              Terbuka Eks Pilot Merpati, Rabu (23/6).


              PESANGON BELUM DIBAYAR, PAGUYUBAN PILOT EKS MERPATI KIRIM SURAT
              TERBUKA KE PRESIDEN

              - Ketua Paguyuban Pilot Ex Merpati (PPEM), Capt. Anthony Ajawaila mengatakan, selama 6 tahun
              hak pesangon dari 1.233 pegawai ex PT Merpati Nusantara Airlines (MNA) sejumlah Rp318,17
              miliar belum dibayarkan.

              "Terdapat ribuan karyawan eks MNA yang hak-hak normatifnya belum dipenuhi. Hal itu berupa
              cicilan  kedua  uang  pesangon  dari  1.233  pegawai  sejumlah  Rp318,17  miliar  serta  nilai  hak
              manfaat pensiun berupa solvabilitas (Dapen MNA dalam Likuidasi) dari 1.744 Pensiunan, sebesar
              Rp.  94,88  miliar,"  kata  Anthony  dalam  konferensi  pers  Pembacaan  Surat  Terbuka  Eks  Pilot
              Merpati, Rabu (23/6).

              Atas dasar hal tersebut, PPEM mengirimkan surat terbuka kepada Presiden Republik Indonesia,
              Joko Widodo pada Kamis, 17 Juni 2021 sebagai upaya memohon dukungan agar permasalahan
              pesangon eks-pegawai Merpati segera terselesaikan.

              "Kami sudah menempuh berbagai upaya sejak 2016 tetapi hingga kini tidak ada kepastian kapan
              hak  pesangonnya  akan  dibayarkan.  Sedangkan  masing-masing  eks-pegawai  berharap  uang
              pesangon akan dinikmati di masa pensiun, maupun untuk melanjutkan keberlangsungan hidup
              keluarganya," ujarnya.

              Namun, tidak dibayarnya uang pesangon tersebut tentunya menjadi masalah di setiap keluarga
              pegawai, mulai dari adanya perceraian, anak sakit, putus sekolah, alih kerja menjadi supir ojol,
              tukang  bangunan,  dan  lainnya.  Bahkan  setiap  minggu  pihaknya  mendengar  kabar  kematian
              rekan sesama eks pegawai MNA.

              Dalam kesempatan yang sama, Capt. M. Masykoer menambahkan, dalam Surat Terbuka Kepada
              Presiden, PPEM juga menyampaikan apabila MNA akhirnya harus ditutup atau dilikuidasi oleh
              negara,  maka  seluruh  ex  Karyawan  Merpati  juga  tidak  memiliki  daya  dan  kuasa  untuk
              mencegahnya. Menurutnya, MNA sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tidak lalai dalam
              kewajibannya memenuhi hak-hak ex. pegawainya.

              "Janganlah  kami  diperlakukan  seperti  kata  pepatah  'Habis  manis,  Sepah  dibuang'.  Kami
              memohon dengan sangat, perhatian serta pertolongan Bapak Presiden untuk membantu dapat
              segera dibayarkannya hak pesangon, begitupun hak Pensiun kami yang sampai saat ini tidak
              ada kepastiannya," ujar Masykoer.

              Capt. M. Masykoer, menjelaskan seluruh unsur pegawai termasuk pilot telah melakukan berbagai
              upaya untuk menuntut hak-hak normatif tersebut.

              "Sejak tidak menerima gaji mulai Desember 2013, telah melakukan demo hingga akhirnya pada
              tahun  2016,  Pemerintah  melalui  PT  Perusahaan  Pengelola  Aset  (PPA)  menetapkan  Program
              Restrukturisasi  Karyawan  berupa  PHK  masal,  dengan  pembayaran  pesangon  dicicil  dalam  2
              tahap," katanya.

              Menurut Masykoer, sebenarnya Peraturan Ketenagakerjaan tidak membolehkan Pesangon dicicil,
              tetapi pada kenyataannya dengan berbagai cara dan tanpa dipahami oleh pegawai telah terjadi
              pembayaran Pesangon yang dicicil dalam 2 Tahap.




                                                           194
   190   191   192   193   194   195   196   197   198   199   200