Page 182 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 1 NOVEMBER 2021
P. 182

RAKYAT MAKIN SULIT, PEMERINTAH DIDESAK NAIKKAN UMP 2022 SEBESAR 10
              PERSEN!
              Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia (ASPEK Indonesia) mendesak Pemerintah untuk menaikkan
              upah minimum tahun 2022 sebesar 7 persen - 10 persen dengan pertimbangan karena rakyat
              saat ini semakin sulit kehidupannya.

              Tuntutan kenaikan upah minimum sebesar 7 persen-10 persen didasarkan pada hasil survey
              Kebutuhan Hidup Layak (KHL) yang dilakukan oleh Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI)
              di 24 Provinsi, dengan menggunakan 60 komponen KHL. Hasil survey KHL KSPI menunjukkan
              bahwa besaran kenaikan upah minimum tahun 2022 yang paling layak adalah sebesar 7 persen
              sampai dengan 10 persen.

              Presiden ASPEK Mirah Sumirat juga menekankan bahwa sampai saat ini Undang-Undang Nomor
              11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja masih dalam proses sidang gugatan di Mahkamah Konstitusi
              (MK).
              Sehingga segala peraturan turunannya, termasuk Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 2021
              tentang Pengupahan seharusnya dikesampingkan dan tidak dipaksakan untuk diberlakukan.

              "ASPEK Indonesia meminta Pemerintah untuk menetapkan kenaikan upah minimum tahun 2022,
              dengan tetap menggunakan formula perhitungan kenaikan upah minimum berdasarkan Undang
              Undang  Nomor  13  tahun  2003  tentang  Ketenagakerjaan.  Kenaikan  Upah  Minimum,  yaitu
              berdasarkan survei Kebutuhan Hidup Layak (KHL), produktivitas dan pertumbuhan ekonomi,"
              katanya lewat keterangan tertulisnya, Minggu (30/10/2021).

              ASPEK Indonesia mendesak agar mekanisme perundingan kenaikan upah minimum di Dewan
              Pengupahan,  baik  tingkat  provinsi  maupun  kota/kabupaten,  dilaksanakan  berdasarkan  UU
              Nomor 13 tahun 2003, dengan terlebih dahulu Dewan Pengupahan melakukan survei Kebutuhan
              Hidup  Layak  (KHL),  serta  memperhitungkan  produktivitas  dan  pertumbuhan  ekonomi,  tegas
              Mirah Sumirat.

              Selama Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi), telah menerbitkan peraturan pengupahan yang
              semakin  rendah  dan  merugikan  pekerja.  Jika  berdasarkan  UU  Ketenagakerjaan  No.13  tahun
              2003, kenaikan upah minimum berdasarkan survei Kebutuhan Hidup Layak (KHL), produktivitas
              dan pertumbuhan ekonomi.

              Pada  tahun  2015,  Presiden  Joko  Widodo  (Jokowi)  menerbitkan  Peraturan  Pemerintah  No.78
              Tahun  2015  tentang  Pengupahan  yang  menghilangkan  mekanisme  survey  KHL,  sehingga
              formula  kenaikan  upah  minimum  hanya  berdasarkan  akumulasi  tingkat  inflasi  dan  angka
              pertumbuhan ekonomi.

              Pada 2021, Presiden Joko Widodo menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2021
              tentang Pengupahan yang merupakan aturan turunan dari Undang Undang Nomor 11 Tahun
              2020 tentang Cipta Kerja yang kembali mengurangi dasar perhitungan kenaikan upah minimum
              hanya berdasarkan variabel pertumbuhan ekonomi atau inflasi (bukan akumulasi).

              "Perubahan  formula  perhitungan  upah  minimum  yang  terus  berkurang  ini,  membuktikan
              Presiden Joko Widodo hanya berpihak pada kepentingan pengusaha," ucapnya.
              Mirah mengatakan lemahnya fungsi pengawasan dari Dinas Ketenagakerjaan dan Kementerian
              Ketenagakerjaan menjadi permasalahan serius yang selalu gagal dibenahi oleh Pemerintah.






                                                           181
   177   178   179   180   181   182   183   184   185   186   187