Page 127 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 23 APRIL 2021
P. 127
"Ketertarikan orang Indonesia kerja di luar negeri tahun 2014 itu 76 persen, tahun 2018 56
persen dan di tahun 2020 turun lagi menjadi 46 persen," kata Chief Marketing Officer at SEEK
Asia, Ramesh Rajandran, dalam Media Gathering Jobstreet : Patner Karier Kini dan Nanti,
Jakarta, Kamis (22/4).
Hal ini sejalan dengan tren pekerja global yang ingin bekerja di luar negara asalnya. Tren pekerja
yang ingin bekerja di luar negeri juga mengalami penurunan, tahun 2014 64 persen, tahun 2018
turun menjadi 57 persen dan di tahun 2020 kembali turun menjadi 50 persen.
"Jadi banyak yang ingin bekerja di negara asalnya, ingin membangun negerinya sendiri," kata
dia.
Apalagi sejak terjadinya pandemi Covid-19, ketidakpastian yang tinggi menjadi faktor utama.
Sebab banyak pelarangan dan aturan yang menyulitkan untuk bekerja di luar negeri.
Tren yang muncul saat ini justru pekerja Indonesia ingin bekerja di perusahaan asing tetapi tetap
tinggal di Indonesia. Model kerja jarak jauh (remote) ini didukung koneksi digital yang sedang
berkembang.
"55 persen pekerja Indonesia bersedia bekerja untuk perusahaan jarak jauh (remote)," kata dia.
Adapun tiga negara yang dipilih pekerja Indonesia untuk bekerja secara jarak jauh yakni
Australia, Jepang dan Singapura. Sedangkan tiga negara yang memilih memperkerjakan pekerja
Indonesia untuk bekeeja jarak jauh yakni, Malaysia, Singapura dan Brasil.
Sementara itu, tantangan yang paling umum dihadapi pekerja jarak jauh yakni perbedaan waktu
dan budaya. Perbedaan waktu negara dinilai menjadi tantangan lain karena tidak perbedaan
waktunya bisa lebih dari 2 atau 3 jam.
"Waktu ini harus diperhatikan, bisa saja di sini sudah malam tapi di negara lain masih siang,"
kata dia.
Selain itu, perusahan yang memperkerjakan karyawan lintas negara harus menyediakan layanan
gaji dan asuransi secara global. Standar perlindungan data dan kesenjangan gaji. Kompensasi
pegawai harus selaras dengan citra dan prinsip perusahaan.
126