Page 189 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 23 APRIL 2021
P. 189

"Pemenuhan pembayaran THR, tanpa disadari dapat membantu peningkatan perekonomian dari
              sisi permintaan," jelas Fadjar Dwi Wisnuwardhani dalam siaran pers KSP di Jakarta, Kamis (22/4).
              Fadjar mengatakan THR merupakan pendapatan non upah. Adapun pekerja/buruh yang berhak
              atas  THR  adalah  Pekerja/Buruh  PKWTT  (pekerja  tetap)  dan  Pekerja/Buruh  PKWT  (pekerja
              kontrak) yang mempunyai masa kerja 1 bulan secara terus menerus atau lebih.

              Dia mengatakan pada umumnya THR wajib diberikan oleh  pengusaha kepada pekerja/buruh
              serta wajib dibayarkan paling lama 7 hari sebelum hari raya keagamaan. Namun, kata Fadjar,
              Covid-19  memberikan  dampak  yang  signifikan  terhadap  kondisi  perekonomian  pada  saat  ini
              terutama terhadap kelangsungan usaha.

              Dia  mengatakan  apabila  pengusaha  tidak  mampu  membayar  THR  maka  harus  membuat
              kesepakatan  tertulis.  Selain  itu,  perusahaan  harus  dapat  membuktikan  ketidakmampuan
              membayar THR 2021 secara tepat waktu berdasarkan laporan keuangan internal perusahaan
              yang transparan.
              Fadjar juga mengingatkan, pemberian THR didasarkan pada Pasal 9 PP Nomor 36 Tahun 2021
              tentang  Pengupahan;  dan  Permenaker  Nomor  6  Tahun  2016  tentang  Tunjangan  Hari  Raya
              Keagamaan bagi Pekerja/Buruh di Perusahaan.

              Adapun untuk pengawalan pelaksanaan THR, dibentuk posko-posko THR 2021 yang bertujuan
              untuk  memberikan  pelayanan  informasi,  konsultasi,  pemantauan  pelayanan,  pengaduan
              pembayaran THR.

              "Posko ini bisa diakses melalui daring dan luring," tutup Fadjar.

              Sebelumnya,  Menteri  Ketenagakerjaan,  Ida  Fauziyah  kembali  mengingatkan  kepada  seluruh
              pelaku usaha di Indonesia untuk taat membayarkan Tunjangan Hari Raya (THR) Keagamaan
              tepat waktu hingga H-7 Idul Fitri 2021. Menyusul adanya sejumlah sanksi yang siap menjerat
              pelaku usaha nakal.

              "Saya  kira  sudah  pernah  saya  sampaikan  pada  waktu  menyampaikan  tentang  surat  edaran
              pembayaran THR 2021, jika terlambat membayar sebagaimana ketentuan peraturan perundang-
              undangan  maka  dikenakan  (sanksi),"  tegas  Menaker  Ida  dalam  acara  Launching  Posko  THR
              Tahun 2021 dan Call Center 1500-630 di Jakarta, Senin (19/4).

              Dia menjelaskan, sanksi denda akan menjadi opsi pertama yang diberikan kepada perusahaan
              yang  telat  membayarkan  THR  Keagamaan  di  tahun  ini.  Adapun,  besaran  denda  yang  harus
              dibayarkan sebesar 5 persen dari nilai THR yang harus dibayarkan kepada pekerja atau buruh.
              Sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan (Permenaker) Nomor 6 Tahun
              2016 tentang Tunjangan Hari Raya Keagamaan Bagi Pekerja/Buruh di Perusahaan.

              "Denda digunakan untuk kepentingan kesejahteraan pekerja atau buruh," terangnya.

              Selain  itu,  perusahaan  yang  terlambat  membayarkan  THR  kepada  karyawannya  juga  bisa
              dikenakan sanksi administratif. Pemberian sanksi administrasi tersebut akan dilakukan secara
              bertahap merujuk Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 2021 tentang Pengupahan.

              Dalam beleid tersebut, tingkatkan pemberian sanksi administrasi diatur dalam empat tahapan.
              Yakni berupa teguran tertulis, pembatasan kegiatan usaha, penghentian sementara sebagian
              atau seluruh alat produksi, hingga pembekuan kegiatan usaha.
              "Sanksi  administrasi  yang  dikenakan  kepada  teman-teman  pengusaha  saya  sudah  pernah
              jelaskan waktu yang lalu," tegasnya.

              [gil].
                                                           188
   184   185   186   187   188   189   190   191   192   193   194