Page 143 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 5 OKTOBER 2020
P. 143

Aksi  protes  tersebut  akan  dilanjutkan  dengan  agenda    aksi  unjuk  rasa    nasional  yang
              mengakibatkan aksi mogok kerja nasional secara serentak mulai 6-8 Oktober 2020 dari seluruh
              anggota  serikat  pekerja/buruh  dengan  lokasi  aksi    yaitu,  perusahaan  atau  kawasan  industri.
              Kemudian aksi tersebut, akan berlanjut dengan longmarch menggunakan kendaraan roda dua
              dan penyanpaian aspirasi di kantor-kantor pemerintah, termasuk DPRD, dan dinas-dinas tenaga
              kerja di seluruh kabupaten/kota.

              Ia menambahkan,  mogok nasional  ini sebenarnya bukan tujuan dari kaum  buruh  .

              Akan  tetapi,  karena  setelah  melakukan  upaya-upaya  komunikasi  persuasif  secara  lobi  dialog
              dengan  Pemerintah  dan  DPR  RI  tidak  membuahkan  hasil,  maka  dengan  terpaksa  pihaknya
              melakukan aksi turun ke jalan dan  mogok nasional  sebagai langkah terakhir.

              Pasalnya, menurut dia, kalau RUU Cipta Kerja disyahkan pada sidang Paripurna DPR RI pada
              tanggal 8 Oktober 2020, maka nasib kaum  buruh  akan semakin susah.

              Disinggung terkait, adanya upaya pencegahan dari berbagai pihak terkait aksi ini, termasuk dari
              pihak perusahan tempat para pekerja/buruh mencari nafkah, Roy pun membenarkan terjadinya
              penolakan digelarnya tersebut.

              Bahkan menurutnya, bukan hanya perusahaan tempat anggotanya bekerja, himbauan larangan
              pun muncul dari Kadin, Apindo, dinas-dinas terkait, termasuk dari para kepala daerah.

              Akan  tetapi  Ia  menegaskan,    aksi  unjuk  rasa    merupakan  hak  fundamental  dari  para
              pekerja/buruh dan hak dari setiap warga negara yang dilindungi undang-undang Nomor 9 Tahun
              1998 serta pasal 4 UU Nomor 21 Tahun 2020 tentang tugas dan fungsi dari serikat pekerja
              adalah perencana dan penanggung jawab pemogokan.

              "Maka silakan saja himbauan (larangan aksi) tersebut dikeluarkan, akan tetapi kami memiliki hak
              juga untuk tidak menghiraukan adanya himbauan tersebut. Harapan dari tuntutan dalam aksi
              kami ini hanya satu yaitu, Omnibus Law RUU Cipta Kerja ini dibatalkan, khususnya dicabutnya
              klaster ketenagakerjaan," katanya (Cipta Permana)..





































                                                           142
   138   139   140   141   142   143   144   145   146   147   148