Page 25 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 11 FEBRUARI 2021
P. 25
Kementerian ESDM mencatat kecelakaan panas bumi paling banyak terjadi pada 2015 dengan
27 kasus yang menyebabkan korban luka ringan 19 orang dan luka berat delapan orang. Kasus
kecelakaan panas bumi paling sering terjadi di lokasi wel-Ipad atau sumur wilayah kerja panas
bumi dan di lokasi pembangkit panas bumi.
TARGET TERGANGGU
Sementara itu, target penambahan kapasitas terpasang PLTP sebesar 196 megawatt (MW) tahun
ini dikhawatirkan tidak akan tercapai, menyusul insiden di proyek PLTP Sorik Marapi pada 25
Januari 2021. Target penambahan kapasitas tersebut termasuk tiga proyek PLTP dengan total
kapasitas 140 MW yang tertunda jadwal operasinya pada tahun lalu akibat dampak pandemi
Covid-19.
Ketua Asosiasi Panas Bumi (API) Prijandaru Effendi mengatakan bahwa salah satu proyek yang
tertunda jadwal operasinya merupakan proyek PLTP Sorik Marapi Unit II dengan kapasitas 45
MW. Dengan penghentian sementara seluruh aktivitas pengembangan PLTP Sorik Marapi,
dikhawatirkan target terpasang PLTP tahun ini kembali tidak tercapai. Apalagi, menurut
Prijandaru, PLTP Sorik Marapi Unit III dengan kapasitas 50 MW juga dijadwalkan beroperasi
tahun ini.
"Saya berharap pembelajaran ini tidak membuat suspensi ke giatan Sorik Marapi terlalu lama
agar capaian target tetap tercapai dengan keselamatan kerja yang baik," ujarnya kepada Bisnis.
Selain itu, kondisi pandemi Covid-19 dinilai masih menyulitkan pengerjaan infrastruktur proyek
PLTP di lapangan karena adanya protokol kesehatan yang harus diterapkan secara ketat. API
pun berharap agar industri panas bumi dapat segera mendapatkan vaksin agar pengerjaan
proyek dapat segera selesai.
"Tanpa vaksin, proyek jadi tidak jelas pencapaiannya," tuturnya.
Senada, Wakil Ketua Komisi VII Ramson Siagian menilai insiden di PLTP Sorik Marapi dapat
mengancam pencapaian target bauran energi baru terbarukan (EBT). Pasalnya, PLTP merupakan
salah satu sumber EBT yang cukup besar porsinya di Indonesia. "Karena kesalahan [PT Sorik
Marapi Geothermal Power] berbahaya terhadap investasi di sektor geothermal, padahal EBT yang
diandalkan di Indonesia itu PLTP, PLTA, dan PLTS karena yang lainnya masih kecil," katanya.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, realisasi kapasitas terpasang pembangkit listrik berbasis
EBT hingga 2020 mencapai 10.467 MW. Terdapat tambahan 95 MW pembangkit EBT pada tahun
lalu.
Hingga saat ini, kapasitas pembangkit EBT masih didominasi oleh pembangkit listrik tenaga air
(PLTA) yang mencapai 6.121 MW, disusul oleh PLTP yang mencapai 2.130,7 MW, pembangkit
bioeneigi 1.903,5 MW, pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) 154,3 MW, pembangkit listrik
tenaga surya (PLTS) 153,5 MW, dan pembangkit hibrid 3,6 MW.
Adapun, subsektor energi terbarukan menyumbang investasi senilai US$1,4 miliar pada tahun
lalu.
Subsektor minyak dan gas bumi masih memberikan kontribusi investasi terbesar, yaitu US$12,1
miliar, disusul ketenagalistrikan US$7 miliar dan pertambangan mineral dan batu bara (minerba)
US$3,9 miliar.
Kementerian ESDM optimistis investasi di sektor energi dapat meningkat pada tahun ini dengan
target senilai US$36,4 miliar. Subsektor migas masih jadi andalan dengan target investasi senilai
US$17,7 miliar disusul ketenagalistrikan US$9,9 miliar, minerba US$6 miliar, dan EBTKE US$2,9
miliar (Lucky L Ltatemia) F3
24