Page 28 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 31 MARET 2021
P. 28

optimal yang sebentaran juga dilupakan banyak orang. SWF Indonesia akan memiliki sejumlah
              proyek di sektor riil yang menarik untuk investasi.
              Selain itu, investasi melalui SWF juga akan sesuai dengan kebutuhan program JHT dan jaminan
              pensiun (JP). Kedua program tersebut memberikan manfaat dalam jangka panjang, sehingga
              investasinya pun harus ditempatkan di instrumen jangka panjang.

              Apabila  rencana  investasi  di  SWF  itu  berjalan,  komposisi  investasi  langsung  pada  portofolio
              investasi BPJS Ketenagakerjaan tentu akan meningkat dari saat ini hanya 0,1%. Pengamat Pasar
              Modal  dari  Universitas  Indonesia  Budi  Frensidy  menilai  langkah  ini  tidak  mengherankan,
              mengingat adanya polemik proses hukum terkait unrealized loss di Kejaksaan Agung.

              Menurutnya, unrealized loss belum menjadi kerugian karena tidak terjadi penjualan aset saham
              dan/atau reksa dana. Oleh karena itu, kondisi yang menjadi masalah pun dinilai membuat BPJS
              Ketenagakerjaan akan lebih berhati-hati dalam berinvestasi di pasar modal. "Saya pikir mereka
              akan  lebih  memprioritaskan  stabilitas  pendapatan  dan  keselamatan  atau  bebasnya  para
              pengelola [manajemen] dari tuntutan yang mungkin timbul, belajar dari pengalaman beberapa
              bulan terakhir ini," ujarnya.

              Namun, keputusan itu bukan tanpa risiko. Budi menilai bahwa berkurangnya komposisi investasi
              di pasar modal otomatis membuat BPJS Ketenagakerjaan mengorbankan peluang imbal hasil
              yang optimal. Selain itu, kualitas portofolio pun berpotensi menurun.

              Meskipun  begitu,  jika  BPJS  Ketenagakerjaan  tak  mengubah  strategi  investasinya  di  tengah
              kondisi pasar modal yang masih volatil, risiko unrealized loss masih mungkin membayangi. Budi
              menilai  bahwa  hal  tersebut  akan  menjadi  pertimbangan  besar  bagi  BPJS  Ketenagakerjaan.
              "Mending  cari  penyelamatan  diri  dari  risiko  hukum  daripada  memburu  return  optimal  yang
              sebentaran  juga  dilupakan  banyak  orang.  Kualitas  portofolio  dan  return  tentunya  akan
              dikorbankan," ujarnya.

              Sementara itu, terkait emiten yang sahamnya bakal dilepas BPJS Ketenagakerjaan, Budi menilai
              emiten-emiten  tersebut  harus  memeriksa  seberapa  besar  kepemilikan  saham  dari  BPJS
              Ketenagakerjaan. Jika jumlahnya banyak, emiten terkait perlu memastikan dirinya layak dengan
              menunjukkan prospek bisnis yang baik. "Karena jika sampai BPJS Ketenagakerjaan keluar, akan
              ada market impact untuk saham itu.

              Kalau  fundamentalnya  bagus  tidak  ada  alasan  BPJS  untuk  keluar  dari  emiten  itu  walaupun
              harganya masih tertekan. Namun, jika BPJS keluar tekanannya justru akan lebih besar lagi," ujar
              Budi.

              KERJA SAMA

              Sementara itu, Anggota Komisi IX DPR Yahya Zaini menilai bahwa pengelolaan investasi harus
              menjadi sorotan utama dari dewan pengawas. Untuk mencapai tujuan investasi yang optimal,
              diperlukan kerja sama yang kuat antara dewan pengawas dengan direksi.

              Yahya mengamanatkan Ketua Dewan Pengawas BPJS Ketenagakerjaan Muhammad Zuhri agar
              anggota  yang  membawahi  tugas  investasi  harus  memiliki  integritas.  Anggota  itu  pun  harus
              dipastikan  tidak  memiliki  kepentingan,  sehingga  harmonisasi  dengan  direksi  dapat  tercapai
              dengan baik. "Pengalamannya kan begitu, mudah-mudahan tidak ada dewan pengawas yang
              memiliki conflict of interest secara personal. Kalau tidak, sami mawon, akan terulang kembali
              [masalah yang ada]," ujarnya. -B-







                                                           27
   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33