Page 20 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 3 AGUSTUS 2020
P. 20

Dia menjelaskan, ada satu klausul dalam SK gubernur yang dianggap tidak konsisten. Selain itu,
              beberapa klausul dalam SK itu bahkan dianggap melampaui peraturan perun-dang-undangan di
              atasnya  yakni  Keputusan  Menteri  Tenaga  Kerja  Nomor  231/2003  tentang  Tata  Cara
              Penangguhan  Pelaksanaan  Upah  Minimum.  Gubernur,  tutur  dia,  tidak  memiliki  kewenangan
              dalam hal tata cara penangguhan upah minimum karena hal itu sudah diatur dalam keputusan
              menteri.

              Dijelaskan Rafael, klausul dalam SK Gubernur Jawa Barat yang dianggap tidak konsisten itu
              tercantum pada penetapan poin 7 terkait penangguhan UMK 2020. Pada huruf D dalam SK
              tersebut,  jelas  Rafael,  dalam  hal  pengusaha  termasuk  industri  padat  karya  tidak  mampu
              membayar  upah  minimum  sebagaimana  dimaksud  dalam  diktum  kedua,  pengusaha  dapat
              melakukan perundingan bipartit bersama pekerja atau serikat pekerja di tingkat perusahaan
              dalam menentukan besaran upah, dengan persetujuan Dis-naker Provinsi Jawa Barat.

              "Padahal untuk penangguhan itu kan sudah diatur dalam Keputusan Menteri Nomor 231 Tahun
              2003.  Tapi  SK  gubernur  malah  melampaui  aturan  di  atasnya  dengan  memperbolehkan
              berunding atau bipartit Ini menjadi celah bagi pengusaha untuk tidak memenuhi kewajibannya
              kepada pekerja," ungkapnya.

              Bahwa  dalam  hal  perusahaan  tidak  sanggup  membayar  upah  dengan  alasan  keuangan
              perusahaan  tidak  memungkinkan,  tutur  dia,  harus  juga  dilakukan  audit  untuk  mengetahui
              kebenarannya dan harus ada penetapan dari dinas tenaga kerja. (Ecep Sukirman)***

















































                                                           19
   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25