Page 105 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 23 DESEMBER 2020
P. 105
PAHIT, MENAKER: KUALITAS NAKER INDONESIA DI BAWAH VIETNAM
Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) terus berusaha meningkatkan kualitas pembangunan
ketenagakerjaan (naker) di Indonesia. Hal ini dikarenakan beberapa fakta dan data yang
mengungkapkan kualitas dari produktivitas tenaga kerja (naker) Indonesia ternyata masih cukup
rendah, bahkan lebih rendah dari Vietnam dan beberapa negara berpenghasilan menengah ke
bawah. Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah mengatakan, produktivitas tenaga
kerja Indonesia selama ini secara kualitas masih di bawah banyak negara berpenghasilan rendah.
Produktivitas tenaga kerja yang rendah ini bisa menjadi persoalan, bila ingin bersaing dengan
negara lain.
"Kalau produktivitas, pahit memang ngomong begini, data menunjukkan produktivitas tenaga
kerja Indonesia masih tertinggal. Data ILO, tingkat pertumbuhan output pekerja kita masih
rendah, bahkan dibawah rata-rata negara berpendptan menengah ke bawah, seperti negara
pesaing, Vietnam," kata Menaker Ida, dalam acara penghargaan Indeks Pembangunan
Ketenagakerjaan 2020, Selasa (22/12).
Dia juga mengungkapkan, ada survei yang dilakukan ke pelaku usaha Indonesia, menunjukkan
mayoritas responden mengatakan upah minimum yang ditetapkan di Indonesia tidak sepadan
dengan produktivitas yang dihasilkan oleh pekerja. Semua data ini, menunjukkan besarnya
tantangan bagi investasi dan penciptaan lapangan kerja di Indonesia. Padahal, kata dia, selama
ini Indonesia disebut menikmati bonus demografi, di mana akan dirasakan puncaknya mulai 2020
hingga 2030 mendatang. Puncak bonus demografi ini, disebut masa di mana struktur penduduk
Indonesia sebagian besar akan diisi oleh warga berusia muda 20-39 tahun.
Sayangnya, kata dia, alih-alih satu dekade ke depan harusnya menikmati perubahan demografi,
kini bangsa Indonesia menghadapi dampak pandemi. Data tenaga kerja Indonesia menunjukkan
saat ini ada 203 juta penduduk usia kerja dan 138 juta angkatan kerja. Kemudian setiap tahun
setidaknya ada 2-2,5 juta angkatan kerja baru masuk ke pasar kerja.
Namun, adanya pandemi Covid-19 telah menyebabkan turbulensi kepada ekonomi dan
berdampak ke tenaga kerja. Data Badan Pusat Statistik (BPS) agustus 2020 ada 9,7 juta
pengangguran dengan angka jadi 7,07 persen. Dimana ada peningkatan yg cukup signifikan
akibat pandemi, dengan mengikuti standar ILO terkait dampak pandemi terhdap hilangnya jam
kerja, terdpt 29,12 juta orang penduduk usia kerja yang terdampak pandemi.
"Rinciannya, tambahan pengangguran karena Covid-19 sebanyak 2,56 juta orang, bukan
angkatan kerja karena covid 0,76 juta orang, tidak kerja akibat covid 1,77 juta orang, dan yang
kerja dengan pengurangan jam kerja 24,03 juta orang" paparnya.
Kalau berdasarkan data tersebut, terlihat salah satu yang paling dibutuhkan pemulihan ekonomi
adalah penciptaan lapangan kerja bagi masyarakat. Dengan adanya prediksi ekonomi Indonesia
akan tumbuh positif pada tahun depan, maka diharapkan juga akan tercipta lapangan kerja baru
untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Di tengah besarnya kebutuhan penciptaan lapangan kerja, Indonesia hadapi tantangan iklim
penciptaan lapangan kerja baru masih belum bersahabat. Data menunjukkan, peringkat
kemudahan berusaha di Indonesia peringkat 73.
"Bahkan, kalau dilihat lebih detail dalam indeks tersebut misalnya peringkat mendirikan usaha di
Indonesia masih 40, jauh di bawah negara-negara tetangga kita," ujarnya.
Karena itu, menurut Menaker, dibutuhkan sebuah regulasi yang dapat melakukan reformasi
struktural dan mempercepat transformasi ekonomi untuk merespons semua tantangan tersebut.
Sehingga, Indonesia bisa segera memulihkan ekonomi lebih cepat.
104