Page 155 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 3 NOVEMBER 2020
P. 155

Ringkasan

              KEPUTUSAN sejumlah kepala daerah menaikkan upah minimum provinsi (UMP) 2021 disesalkan
              kalangan pengusaha karena akan semakin mempersulit mereka. Kebijakan itu pun dinilai kental
              dengan aroma politik demi menjaga dukungan dari kaum buruh.

              Setidaknya lima gubernur telah melaporkan ke Kementerian Ketenagakerjaan bahwa mereka
              akan menaikkan UMP tahun depan. Dari penelusuran, lima provinsi yang menetapkan kebijakan
              itu ialah DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan.



              PENAIKAN UMP DINILAI POLITIS

              KEPUTUSAN sejumlah kepala daerah menaikkan upah minimum provinsi (UMP) 2021 disesalkan
              kalangan pengusaha karena akan semakin mempersulit mereka. Kebijakan itu pun dinilai kental
              dengan aroma politik demi menjaga dukungan dari kaum buruh.

              Setidaknya lima gubernur telah melaporkan ke Kementerian Ketenagakerjaan bahwa mereka
              akan menaikkan UMP tahun depan. Dari penelusuran, lima provinsi yang menetapkan kebijakan
              itu ialah DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan.

              Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani menduga ada unsur
              politis  terkait  langkah  tersebut.  "Kalau  untuk  pilkada  rasanya  enggak.  Kalau  (tujuan)  Pilpres
              (2024) mungkin," kata Hariyadi dalam konferensi pers secara virtual, kemarin.

              Nama-nama kepala daerah yang menetapkan penaikan UMP 2021, kata Hariyadi, tidak asing
              dalam survei politik selama ini. Sebut saja Gubernur DKI Anies Baswedan dan Gubernur Jawa
              Tengah Ganjar Pranowo. "Seingat saya nama-nama ini muncul di polling-polling kan? Yang akan
              berkompetisi  di  (Pilpres)  2024.  Tapi  saya  enggak  tahulah,  saya  enggak  bisa  menjawab
              pertimbangan tersebut," ujar Haryadi.

              Satu  hal  yang  pasti,  imbuhnya,  para  gubernur  tersebut  mengabaikan  Surat  Edaran  Menteri
              Ketenagakerjaan Nomor M/11/HK.04/2020 tentang Penetapan Upah Minimum Tahun 2021 pada
              Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Apindo menilai arahan Kemenaker yang
              meminta daerah tidak menaikkan UMP 2021 sudah tepat dan sudah sesuai dengan rekomendasi
              dari Dewan Pengupahan Nasional.

              "Kondisi  pandemi  sangat  memukul  hampir  seluruh  sektor  yang  terkena  sehingga  tidak
              memungkinkan dunia usaha bisa membayar seperti situasi normal," ujar Haryadi.

              Kepentingan pilpres Pengamat politik dari CSIS Arya Fernandes juga menilai langkah sejumlah
              kepala daerah menaikkan UMP 2021 tak lepas dari kepentingan politik. Mereka ingin dukungan
              dari kalangan pekerja tetap terjaga.

              "Kalau kita lihat daerahnya seperti DKI Jakarta, Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, Jawa Timur,
              memang  kan  kantong-kantong  buruh.  Di  sana  gerakan  buruh  sangat  beRp  engaruh  dan  itu
              dampak ke dukungan politiknya sangat besar bagi seorang kepala daerah," jelas Arya.

              Unsur politik tersebut bisa dibaca pula untuk kepentingan Pilpres 2024. Menurut Arya, beberapa
              kepala daerah yang menaikkan UMP 2021 adalah orang-orang yang dibicarakan untuk elektoral
              2024. "Maka wajar saja dalam kebijakannya menjaga basis dukungan politik itu." Gubernur DKI
              Jakarta Anies Baswedan menyatakan penaikan UMP 2021 tidak berlaku mutlak. Sektor usaha
              yang terdampak pandemi bisa mengajukan permohonan untuk tidak menaikkan UMP ke dinas
              tenaga kerja.



                                                           154
   150   151   152   153   154   155   156   157   158   159   160