Page 462 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 15 APRIL 2021
P. 462

KELUHAN PENGUSAHA HARUS BAYAR PENUH THR SAAT BISNIS BELUM PULIH

              Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah mewajibkan pengusaha membayar tunjangan
              hari raya (THR) secara penuh kepada pekerja. Berbeda dengan tahun lalu, THR juga tak boleh
              dicicil dan harus dibayarkan paling lambat tujuh hari sebelum lebaran.

              Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia bidang Ketenagakerjaan dan Hubungan Industrial, Anton J
              Supit  mengatakan  kebijakan  pembayaran  THR  secara  penuh  dapat  menjadi  persoalan  bagi
              sebagian perusahaan. Sebab, ada sektor industri yang belum pulih dari dampak pandemi Covid-
              19.

              Dalam edaran Menteri Ida, perusahaan yang tidak mampun membayar THR tujuh hari sebelum
              hari raya harus berunding dengan pekerja/buruh, dan tetap membayar THR paling lambat satu
              hari sebelum lebaran.

              "Bagi yang tidak mampu bagaimana? Kalau orang sedang kesulitan dana, mau dikasih waktu
              satu bulan pun belum tentu mampu bayar," kata Anton kepada Katadata, Senin, (15/4).

              Menurutnya,  dalam  kondisi  resesi  ini,  walaupun  ada  perusahaan  yang  sudah  bisa
              mempertahankan bisnisnya, sebagian besar masih mengalami penurunan pendapatan. Terlebih
              pandemi Covid-19 yang belum diketahui kapan akan selesai.

              "Kita  ini  sedang  marathon,  bukan  sprint.  Kita  harus  jaga  nafas.  Jadi  jangan  hanya  pikirkan
              telurnya saja, ayamnya juga harus dijaga jangan sampai mati di tengah jalan," ujar Anton.
              Ia menyarankan pemerintah untuk memberikan fleksibilitas bagi pengusaha yang benar-benar
              tidak  mampu  membayar.  Tidak  hanya  diberikan  keringanan  dengan  menunda  pembayaran
              sampai enam hari sebelum hari raya.

              "Tapi saya tetap menganjurkan bagi yang mampu membayar jangan sampai ditunda. Karena
              pengalaman saya, dalam keadaan sulit pun, kalau mereka bisa bayar ya bayar lah," kata Anton.

              Hal serupa juga disampaikan Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI)
              Maulana Yusran. Ia mengatakan seharusnya kebijakan mengenai pembayaran THR disesuaikan
              dengan masing-masing sektor usaha. Terutama kondisi di sektor pariwisata yang belum dalam
              kondisi baik.

              "Harusnya jangan dipukul rata seperti ini. Apalagi bagi kami yang ada di sektor pariwisata yang
              belum recovery sama sekali karena pemerintah sendiri yang menahan pergerakan masyarakat
              yang menjadi sumber pendapatan kami," kata Maulana kepada Katadata, Selasa (13/4).

              Simak  Databoks  berikut:  Ia  mengatakan  di  sektor  pariwisata  khususnya  hotel  dan  restoran
              merupakan  bisnis  yang  bergerak  sesuai  musim  dan  tergantung  pada  pergerakan  orang.  Di
              tengah pemerintah selalu menahan pergerakan orang, ia menilai kebijakan ini cukup rumit bagi
              pengusaha hotel dan restoran.

              Menurutnya,  perusahaan  tidak  bisa  dipaksakan  untuk  membayar  THR,  sedangkan
              pendapatannya selama pandemi lebih kecil daripada pengeluaran. "Jangankan H-7, yang tahun
              kemarin saja belum tentu semuanya sudah bayar," kata Maulana.

              Maulana menjelaskan bahwa harapan pengusaha terutama di sektor pariwisata sudah pupus
              saat  kebijakan  larangan  mudik  diterbitkan.  Ia  menambahkan,  seharusnya  lebaran  menjadi
              momentum bagi pengusaha untuk perlahan bangkit dan menyelesaikan urusan internal mereka
              dengan tenaga kerja.

              "Di sisi tenaga kerja mereka memang membutuhkan THR, namun di sisi pelaku usaha juga tidak
              ada pendapatan," ujar dia.
                                                           461
   457   458   459   460   461   462   463   464   465   466   467