Page 69 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 15 APRIL 2021
P. 69

kepada dinas ketenagakerjaan sebelum H-7, karena kelonggaran yang diberikan hanya sampai
              H-1 hari raya Idul Fitri," terang Ida.
              Namun Ida berpesan bahwa kesepakatan tersebut tidak menghilangkan kewajiban pengusaha
              untuk membayar THR keagamaan tahun 2021 kepada pekerja dengan besaran sesuai dengan
              ketentuan  peraturan  perundang-undangan.  Selanjutnya  hasil  kesepakatan  dilaporkan  kepada
              dinas ketenagakerjaan setempat.

              "Berdasarkanketentuan peraturan perundang-undangan terkait dengan denda, pengusaha yang
              terlambat membayar THR keagamaan pada pekerja/ buruh dikenai denda sebesar 5% dari total
              THR yang harus dibayar sejak berakhinya batas waktu kewajiban pengusaha untuk membayar,"
              tegas Ida.

              Bahkan, pengenaan denda tersebut pun tidak menghilangkan kewajiban pengusaha untuk tetap
              membayar  THR  keagamaan  kepada  pekerja/buruh.  Pengusaha  yang  tidak  membayar  THR
              keagamaan kepada pekerja/buruh dalam waktu yang ditentukan, paling lambat 7 hari sebelum
              hari raya keagamaan dikenai sanksi administratif.

              Sanksi administratif tersebut sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 36 Tahun 2021 tentang
              Pengupahan, yakni Pasal 9 ayat 1 dan ayat 2 dan Permenaker 6 Tahun 2016. Pengenaan sanksi
              administratif  juga  tidak  menghilangkan  kewajiban  pengusaha  atas  denda  keterlambatan
              membayar THR keagamaan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.

              "Pengusaha yang tidak membayar THR keagamaan dikenai sanksi administratif berupa teguran
              tertulis,  pembatasan  kegiatan  usaha,  penghentian  sementara  sebagian  atau  seluruh  alat
              produksi dan pembekuan kegiatan usaha," tutur lda.

              Di sisi lain Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSD Andi Gani Nena Wea
              mengaku bertemu dengan beberapa Menteri di Istana Negara salah satu yang dibahas berkaitan
              dengan THR.
              "Juga  membahas  soal  THR  yang  menjadi  polemik  sekarang  dan  semoga  Menaker  segera
              menerbitkan Satgas THR yang diisi oleh buruh dan pengusaha. Jadi ada keseimbangan. Bukan
              hanya pemerintah," ungkapnya, kemarin.

              Andi mengatakan bahwa jika Satgas THR diisi tiga pihak maka akan berimbang dalam menangani
              persoalan THR. Dengan begitu dapat diketahui mana saja perusahaan yang mampu dan tidak
              memberikan THR.

              "Karena itu kita minta di tahun 2021 Satgas THR diisi oleh tiga pihak, yaitu pemerintah, buruh,
              dan pengusaha, agar bisa berimbang. Jadi bisa netral dan bisa memberikan masukan-masukan
              yang benar-benar seimbang. Dari pengusaha memberikan argumentasi, dari federasi buruh juga
              memberikan argumentasi yang tepat. Dan kita bisa melihat sama-sama perusahaan ini mampu
              atau tidak memberikan THR," paparnya.
              Dia menekankan pentingnya pengawasan dalam pemberian THR ini. Namun paling tepat hal ini
              diawasi oleh pemerintah, pengusaha, dan buruh. (Baca juga: "Sssttt! Besok Tarif Peti Kemas di
              Tanjung Priok Naik").

              "Yang penting, yang terbaik pengawasan itu ada dan melekat dan juga harus diberikan sanksi
              kepada perusahaan-perusahaan yang memang tidak memberikan THR secara utuh," tuturnya.

              Dia menyebut masih ada perusahaan yang mencicil THR dari tahun 2020 sampai hari ini.






                                                           68
   64   65   66   67   68   69   70   71   72   73   74