Page 96 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 15 APRIL 2021
P. 96

Ringkasan

              Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah mengakui, hingga kini masih banyak terjadi
              pelanggaran atas hak-hak pekerja migran Indonesia (PMI) yang bekerja sebagai anak buah kapal
              (ABK) di kapal berbendera asing. Bahkan, pelanggaran tersebut dilakukan hingga dalam wujud
              praktik perbudakan modern.



              MENAKER AKUI MASIH ADA PERBUDAKAN MODERN DI KAPAL ASING
              Oleh Arnoldus Kristianus

              Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah mengakui, hingga kini masih banyak terjadi
              pelanggaran atas hak-hak pekerja migran Indonesia (PMI) yang bekerja sebagai anak buah kapal
              (ABK) di kapal berbendera asing. Bahkan, pelanggaran tersebut dilakukan hingga dalam wujud
              praktik perbudakan modern.

              Bila dirunut, pelanggaran hak dan praktik perbudakan modern itu tidak lepas dari proses atau
              tahapan  awal  di  dalam  negeri  terkait  rangkaian  proses  penempatan  awak  kapal  perikanan
              migran.  Beberapa  titik  yang  berpotensi  menimbulkan  berbagai  masalah  di  antaranya  proses
              pemberian izin bagi perusahaan yang akan menempatkan ABK, proses rekrutmen, pendataan,
              pelatihan, dan sertifikasi.

              "Berbagai kasus yang menimpa awak kapal perikanan migran kita di kapal asing pada hakikatnya
              merupakan dampak yang ditimbulkan dari tahapan awal di dalam negeri hingga keseluruhan
              rangkaian proses penempatan," ujar Ida dalam seminar bertajuk "Melindungi ABK Indonesia di
              Kapal Asing" yang berlangsung secara virtual, Rabu (14/4).

              Untuk itu, pemerintah terus melakukan pembenahan tata kelola penempatan dan perlindungan
              PMI  yang  bekerja  sebagai  ABK  di  kapal  berbendera  asing.  "Tahapan-tahapan  tersebut  kami
              lakukan  evaluasi  dan  langkah-langkah  pembenahan  agar  dampak  masalah  yang  ditimbulkan
              nantinya pada saat mereka bekerja di atas kapal dapat ditekan secara signifikan," tutur Ida.

              Salah  satu  langkah  yang  dilakukan  adalah  dengan  mengimplementasikan  Undang-Undang
              Nomor 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia. Regulasi tersebut juga
              ikut  mengatur  perlindungan  dan  hak  dari  awak  kapal  perikanan  Indonesia  serta  PMI  dan
              keluarganya.
              "Berbicara tentang perlindungan bagi PMI maka sesuai amanat UU Nomor 18 Tahun 2017 itu
              mencakup perlindungan PMI baik sebelum, selama, maupun setelah bekerja. PMI juga dilindungi
              dari sisi hukum, sosial, dan ekonomi," ucap Ida.

              Menaker mengatakan, untuk menjalankan pembenahan itu diperlukan keterlibatan, koordinasi,
              dan sinergi antar kementerian/lembaga (K/L) guna mewujudkan tata kelola penempatan dan
              perlindungan awak kapal migran yang lebih baik. Menurut dia, berbagai regulasi nasional yang
              telah  ada  selama  ini  dalam  upaya  perlindungan  awak  kapal  perikanan  telah  merujuk  pada
              instrumen internasional, walaupun belum secara utuh.

              Ida menuturkan, substansi pada rancangan peraturan pemerintah (RPP) mengenai perlindungan
              awak kapal dibuat berdasarkan instrumen internasional, yaitu Konvensi ILO mengenai maritim
              (Maritime  Labour  Convention)  dan  Konvensi  ILO  Nomor  188  mengenai  Pekerja  di  Sektor
              Perikanan,  serta  aturan  per  undang-undangan  nasional  terkait  lainnya,  seperti  di  bidang
              pelayaran, kepelautan, serta perikanan.




                                                           95
   91   92   93   94   95   96   97   98   99   100   101