Page 97 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 15 APRIL 2021
P. 97

Melalui RPP tersebut perlindungan awak kapal perikanan diberikan mulai dari sebelum, selama,
              dan  setelah  mereka bekerja.  RPP  juga  mengakomodasi  sejumlah  masalah  yang  terjadi  yaitu
              permasalahan  dualisme  perizinan,  lemahnya  pendataan,  dan  koordinasi antar-K/L  Berikutnya
              terkait rendahnya kompetensi awak kapal perikanan serta lemahnya pengawasan terhadap ABK.

              "Kementerian Ketenagakerjaan juga senantiasa melakukan pembinaan dan pengawasan kepada
              perusahaan penempatan pekerja migran, termasuk menempatkan awak kapal perikanan. Guna
              memastikan  bahwa  dalam  operasionalnya  perusahaan  penempatan  tidak  melakukan
              pelanggaran aturan," ujar dia.

              Ida mengatakan, pendayagunaan potensi laut nasional beserta isi yang terkandung di dalamnya
              mutlak dilakukan untuk kepentingan bersama sehingga laut Indonesia dapat dimanfaatkan oleh
              rakyatnya sendiri "Dengan demikian para nelayan atau pun awak kapal perikanan Indonesia
              tidak perlu harus bekerja di kapal asing," kata Ida.

              432 Kasus ABK Kepala Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Benny Rhamdani
              mengatakan, dalam waktu setahun terakhir, BP2MI menangani 432 kasus ABK dan kepulangan
              ABK sebanyak 22.553 ABK dengan variasi kasus. Beberapa permasalahan yang dihadapi yaitu
              gaji yang tidak layak, gaji yang tidak dibayarkan sepenuhnya, jam kerja yang tidak terbatas,
              kekerasan yang dialami oleh para ABK, kondisi kerja yang tidak manusiawi hingga tidak adanya
              jaminan sosial dan keselamatan kerja.

              "Pokok  permasalahan  sulitnya  penyelesaian  penanganan  kasus  ABK  perikanan  ini  adalah
              ketidakjelasan tata kelola penempatan dan perlindungan ABK Kami berharap dengan adanya UU
              Nomor 18 Tahun 2017 dan peraturan turunannya akan memberikan jawaban yang pasti untuk
              tata kelola, penempatan dan perlindungan bagi ABK," ucap Benny.

              Salah  satu kendala yang  dihadapai  pemerintah  adalah  tidak  adanya data  tunggal  yang  valid
              mengenai  jumlah  ABK  perikanan  dan  PMI  secara  umum.  Pemerintah  tidak  bisa  memberikan
              perlindungan  secara  maksimal  bila  tidak  memiliki  data  yang  pasti.  "Kondisi  demikian  dapat
              diantisipasi dengan meningkatkan koordinasi dan kerja sama seluruh pihak baik internal maupun
              ekternal termasuk masyarakat yang harus terlibat," tutur dia.

              Benny  mengatakan,  selama  11  bulan  terakhir  pihaknya  telah  melakukan  tindak  pencegahan
              melalui  penggerebekan  sebanyak  19  kali  di  lapangan.  Dari  hasil  pencegahan  tersebut,  ia
              menemukan calon pekerja migran Indonesia awak kapal perikanan berada di tempat yang sangat
              tidak layak, diberikan makan minum yang sangat tidak memadai. ABK juga tidak dibekali dengan
              pelatihan  yang  cukup  untuk  diberangkatkan  bekerja.  Bahkan  mereka  juga  tidak  memiliki
              pendidikan yang memadai dan cukup sebagai awal kapal perikanan.

              "Kami juga pernah melakukan penggerebekan pada satu tempat yaitu di Garut, kurang lebih ada
              30 ABK yang telah bekerja selama dua tahun dan dikembalikan ke Tanah Air tetapi mereka tidak
              pernah menerima haknya," ucap Benny.


















                                                           96
   92   93   94   95   96   97   98   99   100   101   102