Page 353 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 27 AGUSTUS 2020
P. 353

Menurut  Bamsoet,  dalam  proses  pembahasannya  pemerintah  dan  DPR  RI  sudah  melibatkan
              berbagai pihak, mulai dari KADIN Indonesia, APINDO, HIPMI maupun berbagai organisasi buruh
              dan pekerja.

              "Sehingga bisa dicapai win-win solution antara buruh dan pengusaha. Dengan demikian tidak
              ada yang saling dirugikan satu sama lain. Karena hakikat keberadaan sebuah undang-undang
              adalah untuk menjawab persoalan secara bersama-sama," ujar Bamsoet dalam keterangannya,
              Rabu (26/8/2020).

              Saat menerima perwakilan buruh dari KSBSI, KSPSI, KSPN, K-SARBUMUSI, FS KAHUTINDO, dan
              FSP BUN, di Ruang Kerjanya, Mantan Ketua DPR RI ini mengapresiasi catatan yang disampaikan
              buruh  terhadap  klaster  ketenagakerjaan  agar  dikembalikan  sesuai  ketentuan  hukum
              sebelumnya.

              Mahkamah Konstitusi telah mengeluarkan berbagai putusan atas gugatan buruh di masa lalu
              terkait uji materi UU No. 13/2003 terkait isu Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT), upah,
              pesangon, hubungan kerja, PHK, penyelesaian perselisihan hubungan industrial serta jaminan
              sosial. Keputusan tersebut pun sudah final dan mengikat, sehingga masih layak dijadikan sebagai
              dasar hukum.

              "Sedangkan ketentuan mengenai sanksi, karena tidak pernah diajukan gugatan uji materi ke MK,
              jadi  bisa  tetap  mengacu  kepada  UU  No.13/2003.  Kabar  terbaru  dari kawan-kawan  di  Badan
              Legislasi DPR RI, mereka akan mengakomodir keinginan buruh tersebut. Sehingga seharusnya
              sudah bisa dicapai win-win solution," tandas Bamsoet.

              Wakil  Ketua  Umum  KADIN  Indonesia  ini  memaparkan  permasalahan  terbesar  dunia  usaha,
              bukanlah pada sektor ketenagakerjaan. Data Badan Koordinasi Penanaman Modal menunjukan
              hambatan terbesar investasi dunia usaha terletak pada perizinan (32,6 persen), pengadaan lahan
              (17,3 persen), dan regulasi/kebijakan (15,2 persen).

              Sementara itu, temuan Bank Dunia terhadap kemudahan berbisnis di suatu negara (Ease of
              Doing Business 2020) menempatkan Indonesia di peringkat 73 dari 190 negara dunia. Sementara
              di ASEAN, Indonesia berada di peringkat ke-6 dari 10 negara.

              Menurutnya, permasalahan tersebut sebagian besar karena ego sektoral kementerian/lembaga
              serta tumpang tindih kewenangan bupati dan gubernur. Masalah inilah yang sedang dicarikan
              jalan keluarnya dalam omnibus law RUU Cipta Kerja.

              "Sementara masalah ketenagakerjaan, seharusnya tak terlalu menjadi persoalan karena sudah
              ada putusan MK maupun UU No.13/2003. Sehingga antara buruh dan pengusaha tak perlu ada
              yang merasa dirugikan atas kehadiran RUU Cipta Kerja," pungkas Bamsoet.

              (akn/ega)



















                                                           352
   348   349   350   351   352   353   354   355   356   357   358