Page 330 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 26 OKTOBER 2020
P. 330

Pertama, Walhi tidak melakukan JR terhadap produk yang inkonstitusional. Maka, menurutnya,
              menjadi aneh jika UU tersebut dibawa ke MK. Kedua, dalam revisi UU MK, dihapusnya Pasal 59
              ayat  (2)  UU  MK  Nomor  7/2020  menunjukkan  bahwa  tidak  ada  kewajiban  menindaklanjuti
              putusan MK oleh Presiden dan DPR.

              Di samping itu, Walhi juga melihat pertimbangan politik yang ada. Wahyu mengatakan, jauh-
              jauh hari sebelum disahkannya omnibus law ini, Presiden Jokowi sudah beberapa kali menyebut
              dan mendatangi MK untuk memohon bantuannya terkait UU tersebut. Menurutnya, jika memang
              dipaksakan ke jalur MK malah akan terjebak dengan hal yang sudah didesain dari awal.

              Atas dasar itu, Wahyu pesimistis jika Jokowi atau legislator bakal mencabut UU tersebut melalui
              jalur  JR.  Kecuali,  jika  memang  pemerintah  benar-benar  mendengarkan  aspirasi  masyarakat.
              "Sebagian  besar  berkeyakinan,  JR  bukan  langkah  yang  tepat  untuk  sesuatu  yang
              inkonstitusional," kata Wahyu saat dihubungi Erlina Fury Santika dari Gatra, Senin lalu.

              Pakar hukum tata negara STHI, Jentera Bivitri Susanti, mengatakan bahwa banyak kejanggalan
              dalam proses penetapan UU ini. Kejanggalan tersebut terlihat nyata dari sejak awal.

              Misalnya, ada pasal yang dimasukkan belakangan yaitu soal perpajakan yang tadinya akan dibuat
              UU tersendiri. Kemudian jadwal rapat paripurna yang dimajukan dari tanggal 8 Oktober 2020 ke
              tanggal  5  Oktober  2020  tanpa  pemberitahuan  yang  patut  dan  tanpa  naskah  final.  Berbagai
              kejanggalan tersebut membuat kemenangan uji formil di MK bisa mungkin terjadi.

              Meski  begitu,  secara  normatif,  Bivitri  mengingatkan  bahwa  Presiden  bisa  mengeluarkan
              peraturan pemerintah pengganti undang-undang. Perppu ini, karena levelnya sama dengan UU,
              bisa  membatalkan  atau  menunda  suatu  UU.  Lalu,  di  kekuasaan  legislatif  ada  juga  proses
              amandemen UU.

              Secara politik, keadaan ini memang agak tidak memungkinkan. Hal itu karena sejak awal proses
              pembahasan UU ini sudah terlihat bahwa mayoritas fraksi di DPR senada dengan pemerintah.
              "Menurut saya, presiden yang baik, yang responsif, yang bisa merespons situasi terkini mesti
              mempertimbangkan  itu  [mengeluarkan  Perppu]  dengan  masak-masak,  walaupun  kita  tahu
              secara politik dia yang mau UU ini," ucap Bivitri kepada Wahyu Wachid Anshory dari Gatra.

              Hidayat Adhiningrat P.

              Caption
              Aksi unjuk rasa buruh dari menolak Undang Undang Cipta Kerja di Jakarta

























                                                           329
   325   326   327   328   329   330   331   332   333   334   335