Page 329 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 26 OKTOBER 2020
P. 329

Ia menyinggung sikap DPR sebelumnya yang sempat menjanjikan buruh akan dilibatkan dalam
              pembahasan,  tetapi  terkesan  seperti  sedang  kejar  setoran.  Said  mengatakan  bahwa  buruh
              merasa  dikhianati.  "Padahal  kami  sudah  menyerahkan  draf  sandingan  usulan  buruh,  tetapi
              masukan yang kami sampaikan banyak yang tidak terakomodir, tidak benar apa yang dikatakan
              DPR RI bahwa 80% usulan buruh sudah diadopsi dalam UU Cipta Kerja," ia memaparkan.

              Sekurangnya, menurut Said, ada empat langkah yang akan dilakukan buruh dalam menolak UU
              Cipta  Kerja.  Pertama,  akan  mempersiapkan  aksi  lanjutan  secara  terukur  terarah  dan
              konstitusional,  baik  di  daerah  maupun  aksi  secara  nasional.  Kedua,  mempersiapkan  ke
              Mahkamah Konstitusi untuk uji formil dan uji materiil.

              Kemudian, mereka juga meminta legislatif review ke DPR RI dan eksekutif review ke pemerintah
              dengan  harapan  Perppu  bisa  diterbitkan.  Terakhir,  mereka  akan  melakukan  sosialisasi  atau
              kampanye  tentang  isi  dan  alasan  penolakan  omnibus  law  UU  Cipta  Kerja  khususnya  klaster
              ketenagakerjaan oleh buruh. "Langkah JR ke MK akan dilakukan setelah ada nomor UU Cipta
              Kerja, baik uji materiil maupun uji formil," ucapnya.

              Dalam uji materiil, bagian yang akan di-JR antara lain tentang UMK bersyarat dan UMSK yang
              hilang, karyawan kontrak seumur hidup, outsourcing seumur hidup, nilai pesangon berkurang,
              hingga persoalan PHK.

              Untuk legislatif review, KSPI juga menyurati fraksi yang menolak UU ini, yaitu PKS dan Demokrat.
              Harapannya, kedua partai ini akan mendorong legislative review di DPR untuk UU Cipta Kerja.
              "Ke MK adalah upaya hukum buruh, selain melakukan aksi," ia menegaskan.

              Sementara  dua  elemen  organisasi  buruh  menyatakan  akan  mengajukan  judicial  review,
              organisasi perjuangan hak agraria dan lingkungan punya pandangan berbeda. Meski sempat
              berencana menggugat UU Cipta Kerja ke MK Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) mengaku
              belum menindaklanjuti rencana tersebut.

              Sekretaris  Jenderal  (Sekjen)  KPA,  Dewi  Kartika,  mengatakan  bahwa  pihaknya  saat  ini  masih
              menuntut Presiden mengeluarkan peraturan pemerintah pengganti undang-undang (Perppu).

              "Hari ini KPA bersama kawan-kawan gebrak turun lagi," kata Dewi kepada Dwi Reka Barokah
              dari Gatra, Selasa lalu.
              Bagi KPA, Judicial Review atau uji materi ke MK bukanlah satu-satunya langkah konstitusional
              untuk menolak UU Ciptaker. Beleid tersebut masih dapat dibatalkan melalui sikap politik dan
              protes rakyat.

              Melihat  banyaknya  pasal  di  dalam  UU  Ciptaker, KPA  menilai  proses  uji materi  akan  berjalan
              selama bertahun-tahun, sementara regulasi tersebutterus berjalan dan merampas kehidupan
              rakyat. "Untuk konteks tminibuslaw, JR adalah jebakan," ujarnya.

              Selain itu, KPA juga menyoroti Revisi UU MK yang dilakukan tepat sebulan sebelum pengesahan
              UU Cipta Kerja. Hal ini dipandang sebagai proses yang sarat akan kepentingan politik.

              Dewi mengatakan, KPA bersama koalisi masyarakat sipil akan tetap turun aksi ke jalan untuk
              memberikan  tekanan  politik  kepada  negara  hingga  dicabutnya  UU  Ciptaker.  KPA  konsisten
              menolak  secara  keseluruhan  isi  =  regulasi  tersebut.  Sistem  politik-ekonomi  yang  ada  dalam
              undang-undang itu dinilai sama sekali tidak berpihak 5 pada rakyat kecil kelas pekerja.

              Setali  tiga  uang,  Manajer  Kampanye  Pangan  Air  Ekosistem  Esensi  Walhi,  Wahyu  Perdana,
              menyebut pihaknya tidak menjadikan judicial review sebagai opsi untuk mencabut omnibus law
              UU Cipta Kerja. Sikap Walhi itu dilandasi sedikitnya dua alasan.


                                                           328
   324   325   326   327   328   329   330   331   332   333   334