Page 372 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 14 OKTOBER 2020
P. 372

Ia menjelaskan terkait substansi tenaga kerja di antaranya soal pekerja waktu tertentu yang
              berlaku seumur hidup. Menurut dia, anggapan tersebut salah karena itu hanya untuk pekerjaan
              yang berubah atau penyelesaiannya dalam jangka pendek.



              PEMERINTAH JAWAB ISU "PEKERJA DIKONTRAK SEUMUR HIDUP" DI UU CIPTA
              KERJA

              Pemerintah  melalui  Menteri  Koordinator  (Menko)  Bidang  Perekonomian,    Airlangga  Hartarto,
              meluruskan sejumlah persoalan yang berkaitan dengan tenaga kerja di  Omnibus Law Cipta
              Kerja,  salah  satunya  yakni  soal  isu  pekerja    dikontrak  seumur  hidup    tanpa  diangkat  jadi
              karyawan tetap.

              "Pertama  mungkin  beberapa  isu  yang  memang  dibuat,  diolah  di  masyarakat,"  kata  Menko
              Airlangga dikutip dari  Antara,  Selasa (13/10/2020).

              Ia menjelaskan terkait substansi tenaga kerja di antaranya soal pekerja waktu tertentu yang
              berlaku seumur hidup. Menurut dia, anggapan tersebut salah karena itu hanya untuk pekerjaan
              yang berubah atau penyelesaiannya dalam jangka pendek.

              "Pekerja waktu tertentu yang bisa terus menerus itu salah, jadi pekerja waktu tertentu itu tidak
              berlaku untuk pekerjaan tetap," kata Ketua Umum Partai Golkar ini.

              Sebelumnya,  Anggota  Tim  Perumus  Omnibus  Law    UU  Cipta  Kerja    perwakilan  Asosiasi
              Pengusaha Indonesia (Apindo), Aloysius Budi Santoso, menepis kabar bahwa pengusaha akan
              mempekerjakan pekerja kontrak seumur hidup.

              "Kalau ada informasi di publik kita sebagai pengusaha bisa membuat kontrak seumur hidup, itu
              tidak tepat," tegas dia dalam webinar virtual yang dihelat Apindo DKI Jakarta beberapa waktu
              lalu.

              Menurut Aloy, di dalam Omnibus Law UU Cipta Kerja, Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (  PKWT
              )  masih  dibatasi  untuk  pekerjaan  tertentu.  Namun,  yang  masih  jadi  kebimbangan  para
              pengusaha adalah masa kontrak pekerja dengan status PKWT.

              Oleh  sebab  itu,  pengusaha  masih  menantikan  aturan  turunan  UU  Cipta  Kerja  yang  berupa
              peraturan pemerintah (PP).

              "Kemudian  yang  jadi  ramai  adalah  kalau  yang  dulu  ada  batasnya,  maksimal  2  tahun,
              perpanjangan 1 tahun dan seterusnya. Nah dengan undang-undang yang baru itu memang hal
              ini belum diatur. Tetapi diamanatkan dalam undang-undang ini nanti harus ada PP turunan yang
              akan mengatur PKWT itu bisa berapa lama," ujar dia.

              Dengan demikian, UU Cipta Kerja meski telah disahkan kendati belum dapat diimplementasikan.
              Sembari menantikan PP yang tersebut.
              "Jadi itu sebabnya saya katakan bahwa hanya dengan undang-undang ini, itu belum bisa jalan.
              Undang-undang  ini  harus  dibuatkan  PP-nya  untuk  lebih  mendetilkan.  Mungkin  saja  akhirnya
              pemerintah mengatakan tetap 2 tahun, perpanjangan masa 1 tahun," ucap dia.

              Salah  satu  pasal  krusial  yang  juga  kontroversial  dalam  Omnibus  Law  Cipta  Kerja  adalah
              dihapuskannya Pasal 59 dalam UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

              Di pasal tersebut, UU Ketenagakerjaan melindungi pekerja atau buruh yang bekerja di suatu
              perusahaan agar bisa diangkat menjadi karyawan tetap setelah bekerja dalam periode maksimal
              paling lama 2 tahun, dan diperpanjang 1 kali untuk 1 tahun ke depan.
                                                           371
   367   368   369   370   371   372   373   374   375   376   377