Page 9 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 14 OKTOBER 2020
P. 9

negative - Dedi Kumia Syah (None) Inkonsistensi naskah RUU Ciptaker pascapengesahan adalah
              kejahatan konstitusi, juga pelanggaran berat terhadap proses legislasi


              Ringkasan

              Mahkamah Konstitusi (MK) menyatakan telah menerima dua berkas pengajuan permohonan uji
              materi  Undang-Undang  tentang  Cipta  Kerja  (UU  Ciptaker).  Menurut  MK,  kendati  naskah  UU
              Ciptaker belum ditandatangani Presiden Joko VVidodo (Jokowi) dan diberi nomor, gugatan tetap
              dapat diproses.



              GUGATAN UU CIPTAKER MULAI MASUK MK

              Mahkamah Konstitusi (MK) menyatakan telah menerima dua berkas pengajuan permohonan uji
              materi  Undang-Undang  tentang  Cipta  Kerja  (UU  Ciptaker).  Menurut  MK,  kendati  naskah  UU
              Ciptaker belum ditandatangani Presiden Joko VVidodo (Jokowi) dan diberi nomor, gugatan tetap
              dapat diproses.

              "Ya nggak apa-apa, diproses saja sesuai prosedur dan hukum acara,"ujar Kepala Bagian Humas
              dan Kerja Sama Dalam  Negeri MK, Fajar Laksono, kepada Republika, Selasa (13/10).
              Permohonan uji materi UU Ciptaker tersebut diajukan oleh Dewa Putu Reza dan Ayu Putri selaku
              pekerja dengan nomor tanda terima 2034/ PAN.MK/X/2020.

              Mereka memberi kuasa kepada Seira Tamara Berlambang dan Zico Leonard D Simanjuntak.

              Kemudian, permohonan kedua diajukan oleh Dewan Pimpinan Pusat Federasi Serikat Pekerja
              Singaperbangsa (DPP FSPS) dengan nomor tanda terima 2035/PAN. MK/X/2Q2o. Ketua Umum
              DPP  FSPS  Deni  Sunarya  dan  sekretaris  umumnya,  Muhammad  Hafiz,  mewakili  gugatan  UU
              Ciptaker  di  MK.  Pihak-pihak  penggugat  tersebut  belum  berhasil  dihubungi  Republika  hingga
              semalam.


              Melalui permohonannya, Dewa Putu Reza dan Ayu Putri meminta agar MK menyatakan Pasal 59,
              Pasal 156 Ayat (2) dan Ayat (3), Pasal 79 Ayat (2) huruf b dan Pasal 78 Ayat (1 j huruf b klaster
              Ketenagakerjaan UU Cipta Kerja bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 dan tidak
              mempunyai kekuatan hukum mengikat. Sementara, pemohon dari DPP FSPS menyoal Pasal 81
              angka 15, angka 19,angka 25,angka 29, dan angka 44 UU Ciptaker. Pasal 81 angka 15 mengubah
              ketentuan Pasal 59 UU Ketenagakerjaan terkait PKWT.

              Tak dijelaskan draf mana yang digunakan sebagai landasan gugatan tersebut Padahal, sejak
              mula diajukan, sedikitnya beredar tiga draf RUU dan UU yang isinya berbeda. Ada versi usulan
              pemerintah setebal 1.028 halaman, versi yang beredar setelah sidang paripurna pada 5 Oktober
              setebal 905 halaman, dan yang beredar pada Senin (12/10) setebal 1.035 halaman.
              Draf  usulan  dan  draf  sidang  paripurna  berbeda  secara  signifikan  substansinya.  Sejumlah
              redaksional dalam  versi 1.035 halaman juga berbeda dengan versi 1.028 halaman. Pada Selasa
              (13/10), pihak DPR melansir versi 812 halaman yang berbeda format kertasnya dengan versi
              1035, tetapi sama isinya.
              Menurut  Fajar,  jika  UU  Ciptaker  sudah  ditandatangani  presiden  dan  diberi  nomor,  pemohon
              dapat menyertakannya dalam  proses perbaikan permohonan. "Sepanjang masih dalam  rentang
              waktu perbaikan permohonan, bisa saja," kata dia.



                                                            8
   4   5   6   7   8   9   10   11   12   13   14