Page 18 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 17 MARET 2021
P. 18

Ringkasan

              Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan atau BP Jamsostek menargetkan
              dana kelolaan mencapai Rp 800 triliun pada 2026. Untuk mencapai target tersebut, BP Jamsostek
              memperbaiki tata kelola, investasi, dan efisiensi melalui digitalisasi. Direktur Utama BP Jamsostek
              Anggoro Eko Cahyo menyampaikan, manajemen baru bertekad meneruskan program-program
              baik  sepeninggalan  manajemen  lama  dan  melakukan  sejumlah  inovasi.  Hal  itu  utamanya
              dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan para peserta dan memenuhi proyeksi di masa
              mendatang.



              2026, BP JAMSOSTEK TARGETKAN DANA KELOLAAN RP 800 TRILIUN

              Oleh Prisma Ardianto
              Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan atau BP Jamsostek menargetkan
              dana kelolaan mencapai Rp 800 triliun pada 2026. Untuk mencapai target tersebut, BP Jamsostek
              memperbaiki tata kelola, investasi, dan efisiensi melalui digitalisasi.

              Direktur Utama BP Jamsostek Anggoro Eko Cahyo menyampaikan, manajemen baru bertekad
              meneruskan program-program baik sepeninggalan manajemen lama dan melakukan sejumlah
              inovasi.  Hal  itu  utamanya  dilakukan  dalam  rangka  memenuhi  kebutuhan  para  peserta  dan
              memenuhi proyeksi di masa mendatang.
              "Fokus juga dilakukan terkait tata kelola. Dengan jumlah akumulasi (dana kelolaan) sekitar Rp
              486 triliun pada 2020, semoga dalam lima tahun ke depan (2026) bisa sampai Rp 800 triliun.
              Tata kelola yang baik jadi penting, investasi juga harus kami jaga betul agar yield-nya optimal,"
              kata Anggoro saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi IX DPR RI, Selasa (16/3).
              Selain  itu,  sambung  dia,  amanah  untuk  segera  merealisasikan  program  Jaminan  Kehilangan
              Pekerjaan  (JKP)  turut  menjadi  salah  satu perhatian.  Pekerjaan  rumah  lain  adalah  digitalisasi
              badan  usaha.  Di  samping  digitalisasi  memang  dibutuhkan  peserta,  digitalisasi  juga  berguna
              untuk  memangkas  biaya-biaya  di  BP  Jamsostek.  Termasuk  biaya  personalia  yang  saat  ini
              berkontribusi hingga 68%.

              Anggoro  mengungkapkan,  pada  akhirnya  sejumlah  tekad  manajemen  baru  itu  akan
              mendongkrak  jumlah  kepesertaan  di  BP  Jamsostek  dan  memberi  kemudahan  peserta  dalam
              proses klaim manfaat. Dua hal itu juga turut disinggung Komisi IX DPR, terutama mengenai
              kategori peserta pekerja migran Indonesia.

              Pada  kesempatan  itu,  BP  Jamsostek  melaporkan  jumlah  peserta  aktif  dari  pekerja  migran
              Indonesia  per  Februari  2021  menyusut  menjadi  365  ribu  orang.  Sedangkan  jumlah  peserta
              pekerja migran Indonesia yang terdaftar sebanyak 750 ribu.

              "Kalau dilihat pada 2019 itu ada 539 ribu peserta, tahun 2020 turun atau berkurang menjadi 389
              ribu.  Ini  kalau  kami  coba  lihat  penyebabnya  adalah  mereka  selesai  masa  kerja  dan  tidak
              diperpanjang lagi, artinya tidak bisa berangkat lagi karena Covid-19. Jadi sekarang kurang lebih
              separuh yang terdaftar itu peserta aktif," terang dia.

              Anggoro mengakui, masih banyak dari peserta pekerja migran Indonesia yang belum menjadi
              anggota BP Jamsostek. Setidaknya data Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI)
              memaparkan jumlah pekerja migran Indonesia saat ini sekitar 6 juta orang. Dengan kata lain,
              BP Jamsostek baru merambah sekitar 12,5% pekerja migran Indonesia, itu pun sebagai peserta
              terdaftar bukan peserta aktif.


                                                           17
   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23