Page 19 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 17 MARET 2021
P. 19

Dari sisi iuran, segmen peserta tersebut sejak 2017 sampai Februari 2021 dibukukan sebesar Rp
              Rp 265,79 miliar. Sebaliknya, klaim atau santunan yang dibayarkan relatif rendah atau hanya
              mencapai Rp 22 miliar. Klaim didominasi dari program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan klaim
              program  Jaminan  Kematian  (JKM).  Adapun  total  klaim  termasuk  manfaat  pemulangan  dan
              pemberdayaan  sebesar  Rp  338,99  juta  terhadap  158  pekerja  migran  Indonesia,  sebagai
              pengganti tiket pesawat kelas ekonomi.

              Ditinjau dari lima negara tujuan para peserta terdaftar adalah Taiwan, Malaysia, Hong Kong,
              Singapura, dan Korea Selatan. Sementara lima besar profesi para pekerja migran itu adalah
              membantu untuk orang tua, pembantu rumah tangga, pekerja, pekerja perkebunan, dan pekerja
              di pabrik.

              "Kalau  dari  daerah  asal  dari  peserta  terdaftar,  lima  besarnya  adalah  Indramayu,  Lombok,
              Lampung, Cirebon, dan Cilacap. Kalau dari dari BP2MI, total pekerja migran yang berangkat itu
              terbesar ada Jatim, Jateng, Jabar, NTB, dan Lampung. Kalau kami lihat ini potensi besar karena
              dari Jateng ini belum menjadi top 5 dari peserta BPJS Ketenagakerjaan," ujar Anggoro.

              Menurut dia, peningkatan peserta dari segmen pekerja migran Indonesia perlu dimulai dengan
              memperbaiki  dan  mempermudah  proses  registrasi  Hal  itu  juga  harus  didukung  kolaborasi
              terintegrasi  dengan  sejumlah  pemangku  kepentingan.  Misalnya  kerja  sama  dengan  KBRI  di
              wilayah pekerja migran tinggal. Saat pengurusan dokumen, para pekerja itu bisa dipaksa untuk
              mengikuti program jaminan sosial.
              Lalu  BP  Jamsostek  mesti  mempermudah  peserta  ketika  membayar  iuran,  hal  ini  untuk
              mendorong  jumlah  peserta  aktif  dan  tidak  hanya  terdaftar.  Paling  tidak,  kata  Anggoro,
              pembayaran dapat didukung melalui bank-bank anggota Himbara yang sudah memiliki cabang
              di luar negeri. Semua pendekatan itu juga harus seiring dengan edukasi dan sosialisasi manfaat
              karena rasio klaim yang begitu timpang.

              "Memang betul penetrasi masih rendah dan edukasi masih kurang, belum semua pekerja migran
              Indonesia peserta Jamsostek tahu memiliki manfaat apa saja, itu yang perlu kami perbaiki. Jadi
              perbanyak penambahan peserta, dan edukasi bagi peserta existing terkait manfaat yang bisa
              mereka terima," ungkap dia.

              Anggoro  menambahkan,  perbaikan  selanjutnya  adalah  mempercepat  proses  klaim  dari  para
              peserta pekerja migran Indonesia. Saat ini proses klaim masih membutuhkan waktu hingga lima
              hari kerja. Solusi dari fenomena itu akan dijawab BP Jamsostek melalui digitalisasi, khususnya
              otomasi proses bisnis seperti simplifikasi dokumen.

              Persyaratan Rumit

              Pada  kesempatan  itu,  Anggota  Komisi  IX  DPR  Fraksi  PKB  Nur  Nadlifah  menyoroti  beberapa
              tantangan yang perlu segera selesaikan BP Jamsostek. Tantangan pertama adalah rendahnya
              rasio klaim. Dia menengarai rendahnya rasio klaim akibat persyaratan yang rumit dan bertele-
              tele.  Padahal  sepanjang  masa  pandemi,  banyak  dari  pekerja  migran  yang  membutuhkan
              kemudahan klaim dari BP Jamsostek.

              Lebih lanjut, kata dia, tantangan lainnya tentu permasalahan jumlah kepesertaan. Menurut Nur
              Nadlifah, jangan sampai para pekerja migran Indonesia lebih memilih untuk memproteksi dirinya
              melalui asuransi swasta karena alasan klaim yang lebih mudah.
              "Dari jumlah pekerja migran Indonesia dengan jumlah kepesertaan yang ada itu masih sangat
              jauh, ini menjadi tantangan BPJS Ketenagakerjaan untuk meningkatkan ketenagakerjaan. Tapi
              harus dibarengi dengan keluarnya klaim yang mudah. Saya curiga, jangan-jangan BP2MI itu
              masih  menggunakan  asuransi  sendiri  (bukan  BP  Jamsostek),  karena  klaimnya  lebih  mudah.


                                                           18
   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24