Page 35 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 1 OKTOBER 2020
P. 35

Ringkasan

              Ketua  Umum  Serikat  Pekerja  Federasi  Serikat  Pekerja  Rokok  Tembakau  Makanan  Minuman
              Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (FSP RTMM-SPSI) Sudarto menyoroti draft RUU Omnibus Law,
              yang menurutnya merugikan pekerja.

              "RUU  Omnibus  Law  ini  memberikan  dampak  terhadap  menurunnya  kesejahteraan  pekerja
              Indonesia," kata Sudarto dalam rapimnas FSP RTMM-SPSI di Bogor, Rabu (30/9).


              REGULASI DRAFT RUU OMNIBUS LAW DINILAI RUGIKAN PEKERJA DI SEKTOR IHT
              DAN MAMIN

              JAKARTA  - Ketua Umum Serikat Pekerja Federasi Serikat Pekerja Rokok Tembakau Makanan
              Minuman  Serikat  Pekerja  Seluruh  Indonesia  (FSP  RTMM-SPSI)  Sudarto  menyoroti  draft  RUU
              Omnibus Law, yang menurutnya merugikan pekerja.

              "RUU  Omnibus  Law  ini  memberikan  dampak  terhadap  menurunnya  kesejahteraan  pekerja
              Indonesia," kata Sudarto dalam rapimnas FSP RTMM-SPSI di Bogor, Rabu (30/9).

              Menurut Sudarto, pihaknya telah berkirim surat kepada Presiden Jokowi, DPR dan Kementerian
              terkait RUU Omnibus Law meresahkan pekerja.
              "Kami mempunyai tiga keinginan agar tidak diabaikan pemerintah dalam RUU tersebut. Pertama
              yakni meminta semua hak dan perlindungan tenaga kerja tetap terjaga sebagaimana mestinya,"
              paparnya.

              Keinginan kedua, industri sebagai sawah ladang pekerja diperhatikan dan diberikan kesempatan
              untuk  tumbuh  dan  berkembang  agar  bisa  mensejahterakan  pekerjanya  dan  memperluas
              lapangan kerja.

              Ketiga,  peran  serikat  pekerja  sebagai  wakil  pekerja  hendaknya  diberikan  porsi  dalam
              pengambilan  keputusan  kebijakan  ketenagakerjaan  maupun  regulasi  yang  menyangkut
              ketenagakerjaan.

              "Selama  omnibus  law  tidak  menggangu  usulan  tersebut,  kami  mendukung  tetapi  kalau
              mengganggu, kami pasti menyatakan menolak," papar Sudarto.

              Selain RUU Omnibus Law, untuk sektor industri hasil tembakau (IHT) menghadapi regulasi yang
              dinilai menghambat keberlangsungan industri tembakau.

              Mulai dari kenaikan harga jual eceran (HJE), rencana revisi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor
              109 Tahun 2012, hingga rencana ekstensifikasi cukai.

              "Kenaikan  tarif  cukai  dan  HJE  ibarat  agenda  tahunan  yang  mencekik  IHT.  Beleid  tersebut
              berimbas  pada  pengurangan  produksi,  khususnya  industri  sigaret  kretek  tangan  (SKT)  dan
              berdampak pada efisiensi tenaga kerja," tutur Sudarto.

              Berdasarkan data FSP RTMM-SPSI selama 10 tahun terakhir, ada 63 ribu pekerja rokok yang
              terpaksa kehilangan pekerjaan. Jumlah industri ini berkurang dari 4.700 perusahaan menjadi
              sekitar 700 di 2019.

              "Penyesuaian  tarif  cukai  dan  HJE  berdasarkan  target  penerimaan  dalam  APBN  menyulitkan
              kalangan industri dalam merencanakan produksi dan penetapan harga jual produk. Kami setiap
              tahun selalu mendorong agar kenaikannya moderat dan kalau memungkinkan berdasarkan nilai
              inflasi dan pertumbuhan ekonomi," tutur Sudarto.

                                                           34
   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39   40