Page 59 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 18 FEBRUARI 2021
P. 59

LINDUNGI AWAK KAPAL PERIKANAN DENGAN KEPASTIAN UPAH MINIMUM

              POTENSI  ekonomi  kelautan  dan  perikanan  Indonesia  menyumbang  3,7%  dari  pendapatan
              domestik bruto (PDB). Hal ini terjadi pada kondisi kerja layak dan hak nelayan sebagai pekerja
              yang belum terpenuhi secara khusus tentang kepastian upah minimum.

              Profesi nelayan mengalami penurunan jumlah dari 2,7 juta orang di 2019 menjadi 2,2 juta orang
              pada 2020. Meskipun nilai tukar nelayan (NTN) mengalami peningkatan berkala setiap tahun,
              tapi kenaikan tersebut tidak berbanding lurus dengan kenaikan kesejahteraan nelayan, terutama
              pada lingkup kondisi kerja layak dan pemenuhan hak sebagai pekerja.

              Profesi  nelayan  merupakan  salah  satu  profesi  paling  berbahaya  di  dunia,  yaitu  dangerous,
              difficult,  dirty  (berbahaya,  sulit,  kotor/3-D)  dan  berisiko  tinggi  terhadap  eksploitasi  kerja,  di
              antaranya kerja paksa dan perdagangan orang.

              "Kepastian upah minimum awak kapal perikanan perlu mengikuti ketentuan yang ada, baik yang
              bersifat umum dari sisi ketenagakerjaan maupun yang bersifat khusus yang diatur secara teknis,
              dengan  tetap  memperhatikan  relevansi  ketentuan  terhadap  implementasi  di  lapangan  serta
              dengan  mempertimbangkan  kelangsungan  bekerja  dan  keberlanjutan  usaha,"  tutur  Menteri
              Ketenagakerjaan Ida Fauziyah dalam sambutannya pada diskusi nasional secara virtual bertajuk
              Kepastian Upah Minimum Bagi Awak Kapal Perikanan Dalam Kacamata UU Cipta Kerja pada Rabu
              (17/2).

              Melalui SAFE Seas Project, Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) menggelar
              diskusi  itu  untuk  mengangkat  peran  pemerintah  pusat  dan  pemerintah  daerah  dalam
              memberikan keadilan dan perlindungan awak kapal perikanan dengan memberikan kepastian
              upah minimum.

              Sejalan dengan kebijakan tentang pengupahan dan memastikan kepatuhan dari pemberi kerja,
              Menteri  KKP  Sakti  Wahyu  Trenggono  menjelaskan  melalui  sambutannya.  "Instrumen  kontrol
              yang  digunakan  melalui  penerapan  perjanjian  kerja  laut  sebagai  salah  satu  syarat  dalam
              penerbitan izin berlayar bagi setiap kapal yang akan melakukan penangkapan ikan," ujarnya.

              Di acara yang sama, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Tengah Fendiawan Tiskiantoro
              juga mendorong penerapan perjanjian kerja laut (PKL) sebagai upaya perlindungan awak kapal
              perikanan dengan menyosialisasikan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dan PKL di 11
              pelabuhan perikanan di Jawa Tengah.

              Kepala Seksi Penegakan Hukum Ketenagakerjaan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sulawesi
              Utara Menurut Elric Takanasanakeng menyatakan forum tersebut merupakan wadah kolaborasi
              antara instansi terkait di sektor ketenagakerjaan, kelautan dan perikanan, serta perhubungan
              untuk memastikan kondisi kerja, keselamatan dan kesehatan kerja (K3), PKL, dan akomodasi di
              atas kapal melalui kegiatan inspeksi bersama.

              Dosen Hukum Perburuhan Universitas Airlangga Hadi Subhan menambahkan bahwa filosofi dari
              upah  minimum  yaitu  proteksi  hak  pekerja,  jaringan  pengaman  sosial,  dan  produktivitas.
              Mendorong  upah  minimum  berarti  mendorong  perlindungan  hak  asasi  pekerja  di  sektor
              perikanan dengan cara penetapan upah berbasis sektor perikanan.

              Di sisi lain, Albert Bonasahat dari Organisasi Buruh Internasional (ILO) menjelaskan bahwa upah
              minimum untuk awak kapal perikanan juga diterapkan di negara lain seperti Thailand. Untuk itu
              penting bagi pemerintah Indonesia mulai memikirkan penetapan upah sektoral bagi awak kapal
              perikanan sebagai bagian dari perlindungan.

              Direktur SAFE Seas Project Nono Sumarsono menekankan bahwa dengan berlakunya UU Cipta
              Kerja  Nomor  11  Tahun  2020,  pihaknya  berharap  ada  kepastian  hukum  dan  implementasi
                                                           58
   54   55   56   57   58   59   60   61   62   63   64