Page 502 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 9 OKTOBER 2020
P. 502

pekerjanya, malah menyempurnakan dengan peraturan-peraturan yang baru  karena dinamisnya
              teknologi industri dewasa ini


              Ringkasan

              Wakil  Gubernur  Sumatera  Utara  (Wagubsu)  Musa  Rajek-shah  meminta  masyarakat  jangan
              terprovokasi  hoaks  (berita  bohong)terkait  OmnibusLaw  Cipta  Kerja(Ciptaker).Masya-rakat
              diharapkan  lebih  dewasa  menanggapi  hal-hal  yang  belum  pasti  kebenarannya.  Diketahui,
              pengesahan Omnibus Law Ciptakcr olch DPR pada5 Oktober 2020 telah memicu penolakan di
              berbagai  daerah  di  tanah  air  hingga  demo  melibatkan  massa,  bahkan  berakhir  ricuh.  Musa
              Rajekshah tidak ingin hal tersebut terjadi di Sumut, terutama di masa pandemi Covid-19.

              Sementara  itu,  Plt  Kepala  Dinas  Ketenagakerjaan  Sumut  Harianto  Butarbutar  menegaskan
              sedikitnya ada 12 hoaks atau informasi bohong yang sedang berkembang di masyarakat terkait
              Omnibus LawCiptaker yang baru disahkan DPR, yaitu hilangnya pesangon, dihapuskannya upah
              minimum, upah dihitung perjam, hak cuti hilang dan tidak ada kompensasi, outsourching berlaku
              seumur  hidup,  tidak  ada  status  karyawan tetap,  perusahaan  bisa  mem-PH  K  secara  sepihak
              kapan saja, jaminan sosial dan kesejahteraan hilang, semua karyawan berstatus tenaga kerja
              harian, tenaga kerja asing bebas masuk, buruh dilarang protes (ancaman PHK), libur hari raya
              hanya tanggal merah dan tidak ada penambahan libur.



              UPAH MINIMUM-PESANGON TETAP BERLAKU

              Wakil  Gubernur  Sumatera  Utara  (Wagubsu)  Musa  Rajekshah  meminta  masyarakat  jangan
              terprovokasi  hoaks  (berita  bohong)terkait  OmnibusLaw  Cipta  Kerja(Ciptaker).Masya-rakat
              diharapkan lebih dewasa menanggapi hal-hal yang belum pasti kebenarannya.

              Diketahui,  pengesahan  Omnibus  Law  Ciptakcr  olch  DPR  pada5  Oktober  2020  telah  memicu
              penolakan di berbagai daerah di tanah air hingga demo melibatkan massa, bahkan berakhir
              ricuh.  Musa  Rajekshah  tidak  ingin  hal tersebut  terjadi  di  Sumut, terutama  di  masa  pandemi
              Covid-19.

              Menurutnya, bila hal-hal yang tidak dinginkan terjadi maka yang rugi masyarakat Sumut sendiri.

              "Ada  isu-isu  berkembang  di  masyarakat  yang  belum  tentu  kebenarannya,  terutama  isu
              ketidakberpihakan pemerintah kepada pekerja. Saya harapkan kepada para buruh dan pekerja
              di  Sumatera  Utara  untuk  tenang,  melihat  perkembangan  UU  ini,  penerapannya  dan  jangan
              termakan isu-isu menyesatkan dan merugikan kita,"kata MusaRak-jekshah, usai rapat dengan
              Forkopimda di Rumah Di nas Gubernur Sumut, Jalan Sudirman Medan, Rabu (7/10).
              Menurut Ijek, salah satu dampak buruk akibat keamanan yang tidak kondusif adalah investor
              enggan menanamkan modalnya di Sumut. Padahal Omnibus LawCiptakcr salah satu tujuannya
              untuk menarik investor ke Indonesia, sehingga membuka lapangan kerja seluas-luasnya.

              "Pekerja juga akan merugi (bila situasi tidak kondusif), kesulitan lapangan kerja karena investor
              enggan masuk ke Indonesia atau Sumut. Undang- Undang ini diciptakan salah satunya adalah
              agar investor lebih yakin untuk masuk ke Indonesia termasuk Sumut,"kata Ijek.

              Wagubsu pun kembali mengimbau masyarakat Sumut agar waspada dan tidak terprovokasi oleh
              pihak-pihak tertentu yang ingin mengambil kesempatan di tengah situasi seperti saat ini. "Saat
              ini  kitadi  tengah  pandemiCovid-19  yang  mempengaruhi  semua  aspek  termasuk  ekonomi.
              Jangalah di lengah situasi seperti ini terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan,"ungkapnya.

                                                           501
   497   498   499   500   501   502   503   504   505   506   507