Page 503 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 9 OKTOBER 2020
P. 503

Sejumlah Hoaks

              Sementara  itu,  Plt  Kepala  Dinas  Ketenagakerjaan  Sumut  Harianto  Butarbutar  menegaskan
              sedikitnya ada 12 hoaks atau informasi bohong yang sedang berkembang di masyarakat terkait
              Omnibus LawCiptaker yang baru disahkan DPR, yaitu hilangnya pesangon, dihapuskannya upah
              minimum, upah dihitung perjam, hak cuti hilang dan tidak ada kompensasi, outsourching berlaku
              seumur  hidup,  tidak  ada  status  karyawan tetap,  perusahaan  bisa  mem-PH  K  secara  sepihak
              kapan saja, jaminan sosial dan kesejahteraan hilang, semua karyawan berstatus tenaga kerja
              harian, tenaga kerja asing bebas masuk, buruh dilarang protes (ancaman PHK), libur hari raya
              hanya tanggal merah dan tidak ada penambahan libur.

              "Dibilang pesangon tidak ada, upah diturunkan ini kan sudah tidak bernar, tidak ada satupun
              dari 12 hoaks itu yang benar. Memang setia pada Undang-Undang baru tentu ada yang berubah
              dan nantinya Undang-Undang ini diturunkan ke peraturan pemeri ntah yang mengatur secara
              teknis dan detail. Jadi bersabar saja, jangan ikut-ikutkan memanaskan suasana, padahal tidak
              tahu isi dari Omnibus La w itu sendiri," kata Harianto.

              Dijelaskannya,  yang  benar  pesangon  tetap  dibayar  maksimal  25  kali  gaji  dengan  skema
              pembayaran 19 kali oleh perusahaan, enam kali oleh pemerintah.

              Masalah pesangon ini diatur pada Pasal 156UU Ciptaker. Begitu juga Upah Minimum Provinsi
              (UMP), Upah Minimum Kabupatcn/Kota(UMK), Upah Minimum Sektoral Provinsi (UMSP)dan Upah
              Minimum Sektoral Kabupaten/ kota (UMSK). Pasal 88C Ayat 1 UU Ciptaker tertulis gubernur wajib
              menetapkan upah minimum provinsi dan pasal dua menyebutkan gubernur dapat menetapkan
              upah minimum kabupaten/kota dengan syarat tertentu.

              Begitu juga dengan isu upah dihitung perjam, padahal di UU Cipta Kerja tetap menggunakan
              upah minimum. Mengenai hilangnya hak cuti, pada Pasal 79 ayat (5) menyebutkan perusahaan
              dapat  memberikan  istirahat  panjang  yangdiaturdalam  perjanjian  kerja,  peraturan
              perusahaanatauperjanjiankerjasama. Sedangkan Undang-Undang Nomor 13Tahun 2003 tentang
              Ketenagakerjaan mengaturcuti panjang diberikan satu bulan pada tahun ke-7 dan satu bulan
              pada tahun ke-8.

              "Jadi sekali lagi kami tegaskan, bahwa informasi hoaks tentang Omnibus Law Cipta Kerja yang
              berkembang di masyarakat itu tidak benar," tegasnya.

              Harianto     menyampaikan,       demonstrasi     yangdiprediksi     akan     terjadi    pada
              Kamis(8/10)dikhawatirkan  ditumpangi  oleh  kepentingan  lain.  Massa  yang  menumpang  ini
              diprediksi sebagai pemicu tcrjadinya hal-hal anarkis. Karena itu Harianto berharap para pekerja
              tidak turun ke jalan menuntut pembatalan Omnibus Law Ciptaker.

              "Bertambah dewasa lah kita menyikapi hal tertentu, jangan ikut-ikutan. Tidak pernah pemerintah
              mengorbankan  para  pekerjanya,  malah  menyempurnakan  dengan  peraturan-peraturan  yang
              baru karena dinamisnya teknologi industri dewasa ini," katanya.

              Imbauan Ketua MPR

              Dari  Jakarta,  Ketua  MPR  Bambang  Soesatyo(Bamsoet)  juga  meminta  masyarakat  tidak
              mempercayai berita bohong tcrkait isi UU Ciptaker yang disahkan DPR bersama pcmcrintah.
              "Di luar sana bcrkcmbang berbagai propaganda, hoaks, misinformasi, mau pundis informasi yang
              mendiskreditkan  UU  Cipta  Kerja.  Sebagai  contoh,  ada  isu  yang  menyatakan  upah  minimum
              kabupaten/kota(UMK),  dan  upah  minimum  sektoral  kabupaten/kota  (UMS)dihapus.  Padahal
              tidak seperti itu,"ujarBamsoet melalui keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (7/10).(ns/Ant)



                                                           502
   498   499   500   501   502   503   504   505   506   507   508