Page 589 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 9 OKTOBER 2020
P. 589

D. Jaminan Sosial  1) Jaminan Pensiun  UU Ketenagakerjaan Pasal 167 ayat (5) menyatakan
              bahwa pengusaha yang tak mengikutsertakan pekerja yang terkena PHK karena usia pensiun
              pada program pensiun wajib memberikan uang pesangon sebesar 2 kali, uang penghargaan
              masa kerja 1 kali dan uang penggantian hak. Jika hal tersebut tak dilakukan, maka pengusaha
              dapat terkena sanksi pidana.

              Namun RUU Ciptaker menghapus ketentuan sanksi pidana bagi perusahaan tersebut, yakni pasal
              184 UU Ketenagakerjaan yang menyatakan "Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana
              dimaksud dalam Pasal 167 ayat (5), dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 1 (satu)
              tahun dan paling lama 5 (lima) tahun."  2) Jaminan Kehilangan Pekerjaan  Dalam Omnibus Law
              Ciptaker,  pemerintah  menambahkan  program  jaminan  sosial  baru  yaitu  Jaminan  Kehilangan
              Pekerjaan, yang dikelola oleh BPJS Ketenagakerjaan berdasarkan prinsip asuransi sosial. Hal ini
              tercantum dalam Pasal 82 RUU Cipta Kerja.

              E. Soal PHK  Dalam UU Ketenagakerjaan perusahaan boleh melakukan PHK dengan 9 alasan
              yang  meliputi:  perusahaan  bangkrut,  perusahaan  tutup  karena  merugi,  perubahan  status
              perusahaan, pekerja melanggar perjanjian kerja, pekerja melakukan kesalahan berat, pekerja
              memasuki  usia  pensiun,  pekerja  mengundurkan  diri,  pekerja  meninggal  dunia,  serta  pekerja
              mangkir.

              Dalam Omnibus Law Ciptaker, pemerintah menambah poin alasan perusahaan boleh melakukan
              PHK dalam Pasal 154 A.
              Beberapa alasan tersebut di antaranya: perusahaan melakukan efisiensi; perusahaan melakukan
              penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan; dan perusahaan dalam keadaan
              penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU).

              Kemudian, perusahaan melakukan perbuatan yang merugikan pekerja; pekerja mengalami sakit
              berkepanjangan atau cacat akibat kecelakaan kerja dan tidak dapat melakukan pekerjaannya
              setelah  melampaui  batas  12  bulan;  pekerja  buruh  memasuki  usia  pensiun;  dan  pekerja
              meninggal.
              F. Soal Status Kerja  Pasal 56 UU Ketenagakerjaan mengatur Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
              (PKWT) terhadap pekerja maksimal dilakukan selama 2 tahun, lalu boleh diperpanjang kembali
              dalam waktu 1 tahun. Sementara dalam Omnibus Law Ciptaker, ketentuan Pasal 59 itu dihapus.

              Dengan  penghapusan  pasal  ini,  tidak  ada  batasan  aturan  seseorang  pekerja  bisa  dikontrak.
              Akibatnya bisa saja pekerja tersebut menjadi pekerja  kontrak seumur hidup.

              G. Soal Jam Kerja  Dalam UU Ketenagakerjaan, waktu kerja lembur paling banyak hanya 3 jam
              per hari dan 14 jam per minggu. Sedangkan dalam Omnibus Law Cipta Kerja waktu kerja lembur
              diperpanjang menjadi maksimal 4 jam per hari dan 18 jam per minggu.

              H. Soal Tenaga Kerja Asing  Pasal 81 poin 4 hingga 11 UU Ciptaker mengubah dan menghapus
              sejumlah  aturan  tentang  pekerja  asing  dalam  UU  Nomor  13  Tahun  2003  tentang
              Ketenagakerjaan.

              Contohnya,  dalam  UU  Ciptaker  pemerintah  menghapuskan  kewajiban  izin  tertulis  bagi
              pengusaha  yang  ingin  mempekerjakan  TKA.  Sebagai  gantinya,  pengusaha  hanya  diwajibkan
              memiliki rencana penggunaan TKA.

              (hrf/agt)






                                                           588
   584   585   586   587   588   589   590