Page 18 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 4 JANUARI 2021
P. 18

Lewat pernyataan tertulis, Kemenlu menjelaskan, para ABK yang dipulangkan itu sudah terjebak
              selama berbulan-bulan di Laut Arab karena kapal mereka dilarang berlabuh di sejumlah negara
              sejak  Covid-19  melanda.  Repatriasi  ini  adalah  kerja  sama  yang  kedua  antara  Pemerintah
              Indonesia  dan  China.  Pada  10  November,  157  ABK  (dua  meninggal)  dari  12  kapal  ikan
              berbendera China direpatriasi lewat Bitung, Sulawesi Utara.

              Tumpukan kasus

              Berita kematian WNI yang bekerja di kapal perikanan berbendera China semakin akrab di telinga
              warga Kepri. Enam bulan terakhir, kepolisian di provinsi kepulauan ini sudah mengungkap tiga
              kasus dugaan perdagangan orang di sektor kelautan dan perikanan itu.

              Pada 5 Juni, dua WNI melompat dari Kapal Lu Qing Yuan Yu 901 di perairan Kabupaten Karimun,
              yang menjadi perbatasan antara Indonesia dan Singapura. Keduanya adalah Adri Juniasyah (30)
              asal  Sumbawa,  Nusa  Tenggara  Barat,  dan  Reynalfi  Si-anturi  (22)  asal  Pematang  Siantar,
              Sumatera Utara. Mereka berdua mengaku ditipu dan dipaksa bekerja di kapal ikan berbendera
              China. Belasan tersangka ditangkap dalam kasus yang sekarang ditangani Polda Kepri, Polda
              Metro Jaya, dan Polda Jawa Tengah itu.

              Satu bulan berselang, tepatnya pada 8 Juli, TNI Angkatan Laut dan Polri menangkap dua kapal
              ikan berbendera China, Lu Huang Yuan Yu 117 dan 118, di perairan Pulau Nipah, Batam. Saat
              diperiksa, aparat menemukan jenazah WNI bernama Hasan Afriadi di lemari pendingin Kapal
              118. Mandor Kapal 118, Song Chuanyun (50), warga negara China, ditetapkan polisi sebagai
              tersangka penganiayaan yang menyebabkan Hasan meninggal.

              Terakhir, pada 14 Agustus, polisi menangkap Direktur PT Surya Mitra Bahari, Joni (39), karena
              ia memulangkan tiga jenazah WNI secara diam-diam dari Kapal Fu Yuan Yu 829 di perairan
              perbatasan Batam dan Singapura. Jenazah yang diturunkan dari kapal ikan berbendera China itu
              diidentifikasi sebagai Syaban (22) dan Musnan (26) asal Bireuen, Aceh. Seorang lagi adalah Dicky
              Arya Nugraha (23) asal Donggala, Sulawesi Tengah.

              Koordinator  Nasional  Destructive  Fishing  Watch  (DFW)  Indonesia  Mohammad  Abdi  Suhufan
              mengatakan,  tumpang-tindih  izin  perekrutan  dan  penempatan  pekerja  pelaut  migran  di
              Kementerian  Perhubungan  dan  Kementerian  Ketenagakerjaan  menyebabkan  pengawasan
              menjadi lemah. Banyak perusahaan tidak memiliki izin, tetapi masih bisa leluasa beroperasi.

              Pada 4 Desember lalu, DFW mengirim surat kepada Presiden Joko Widodo yang isinya mendesak
              pemerintah segera mengesahkan rancangan peraturan pemerintah (RPP) tentang perlindungan
              pekerja migran di sektor kelautan. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan
              Pekerja Migran Indonesia mengamanatkan RPP itu selesai paling lambat dua tahun sejak UU
              Nomor 18/2017 disahkan.

              "Kami meminta Presiden segera menyelesaikan pembahasan RPP yang berlarut-larut pada level
              teknis  di  kementerian.  RPP  itu  sangat  penting  untuk  menjamin  perlindungan  awak  kapal
              perikanan Indonesia di kapal asing," kata Abdi.
              Pendataan pelaut


              Menurut dia, pemerintah juga harus melakukan pendataan terhadap pelaut Indonesia di kapal
              asing. Selama ini, pemerintah masih kesulitan mengetahui secara pasti jumlah awak kapal ikan
              Indonesia  di  kapal  asing  karena  banyak di  antara  mereka  yang  berangkat  lewat  jalur  ilegal.
              Tanpa data yang akurat, negara tidak bisa memberikan perlindungan yang maksimal.

              Laporan  Fishers  Center,  yang  dikelola  DFW  Indonesia,  menunjukkan,  pada  November  2019-
              Oktober  2020  ada  40  laporan  dugaan  kerja  paksa  dan  perdagangan  orang  di  kapal  ikan
              berbendera China yang menyebabkan sekitar 100 WNI sakit, meninggal, atau hilang. Data itu
                                                           17
   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23