Page 175 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 22 JUNI 2021
P. 175
Ringkasan
Wacana Jakarta lockdown ramai diperbincangkan setelah kasus virus Corona melonjak. Kasus
virus Corona di DKI Jakarta memecahkan rekor tembus 5.582 kasus pada 20 Juni 2021. Menurut
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal secara
instan lockdown akan membatasi mobilitas publik. Otomatis dampaknya bisa menimbulkan
kontraksi ekonomi. Dampaknya paling berasa adalah masyarakat yang bekerja di sektor informal.
Kemungkinan mereka akan kehilangan pekerjaan sekaligus pendapatan.
USULAN LOCKDOWN BERGEMA, EKONOMI MINUS-GELOMBANG PHK HANTUI RI
Wacana Jakarta lockdown ramai diperbincangkan setelah kasus virus Corona melonjak. Kasus
virus Corona di DKI Jakarta memecahkan rekor tembus 5.582 kasus pada 20 Juni 2021.
Menurut Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal
secara instan lockdown akan membatasi mobilitas publik. Otomatis dampaknya bisa
menimbulkan kontraksi ekonomi.
Dampaknya paling berasa adalah masyarakat yang bekerja di sektor informal. Kemungkinan
mereka akan kehilangan pekerjaan sekaligus pendapatan.
"Kalau lockdown diberlakukan, mobilitas dibatasi akan berdampak terhadap kontraksi ekonomi.
Khususnya masyarakat kalangan menengah bawah, apalagi yang bekerja di sektor informal,
mereka akan terkena dampak paling besar," ungkap Faisal kepada detikcom, Senin (21/6/2021).
Secara makro, jelas kontraksi ekonomi akan menghampiri Indonesia bila lockdown dilakukan.
Faisal menjabarkan, untuk kuartal II hingga bulan ini, kemungkinan ekonomi akan di rentang
positif, melihat perkembangan konsumsi yang memang terjadi sejak awal tahun.
Namun, bila lockdown dilakukan sekarang, kemungkinan ekonomi kuartal III, tepatnya di bulan
Juli-September akan kembali negatif pertumbuhannya.
"Kalau kita asumsikan lockdown dilakukan meluas selama satu kuartal, misalnya di kuartal III,
dari Juli sampai September. Maka ada kemungkinan pertumbuhan ekonomi di kuartal III akan
kembali negatif," ungkap Faisal.
Secara mikro, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira
menyebutkan selama lockdown semua sektor ekonomi yang bertumpu pada pergerakan manusia
akan anjlok. Misalnya toko ritel, transportasi, hotel, hingga restoran. Dia memastikan sektor ini
akan turun tajam omzetnya.
Kemudian, ada juga sektor yang bertumbuh pesat, misalnya e-commerce, jasa pesan antar,
hingga bisnis logistik. Masyarakat akan bergeser pola konsumsinya.
"Bisnis yang menunjang kebutuhan selama di rumah saja atau WFH itu yang tumbuhnya cepat,"
kata Bhima kepada detikcom .
Menurutnya, pertumbuhan ataupun anjloknya ekonomi tidak imbang dirasakan semua sektor.
"Memang jadi tidak imbang ya, ada yang rugi sekali," katanya.
Gelombang PHK bisa terjadi lagi jika lockdown . Cek halaman berikutnya.
Namun yang jelas, gelombang pemutusan hubungan kerja alias PHK berpotensi bakal terjadi bila
lockdown dilakukan. Apalagi kalau pemerintah tidak memberikan kompensasi yang tepat jumlah
dan waktunya kepada sektor usaha yang terdampak.
174