Page 37 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 24 AGUSTUS 2020
P. 37

RI BISA KANTONGI DEVISA RP3,8 T

              Kementerian  Ketenagakerjaan  Buka  Kembali  Penempatan  Pekerja  Migran  Indonesia  Menteri
              Ketenagakerjaan Ida Fauziyah mengatakan, Indonesia berpotensi mendapatkan devisa Rp3,8
              triliun dengan pembukaan kembali penempatan pekerja migran Indonesia (PMI) ke-14 negara.

              Berdasarkan data dari Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), jumlah remitansi
              pada  2019  mencapai  Rp160  triliun  dari  3.742.440  pekerja  migran  Indonesia.  "Merujuk  data
              tersebut,  maka  calon  PMI  yang  akan  berangkat  itu  88.973  (orang),  maka  akan  berpotensi
              menghasilkan devisa sekitar Rp3,8 triliun," katanya di Jakarta belum lama ini.

              Sebanyak 88.973 calon PMI ini, menurut Ida, siap diberangkatkan dan telah terdaftar di Sistem
              Komputerisasi Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (Sisko P2MI). "Siap berangkat itu artinya
              sudah melalui tahapan-tahapan sebagai syarat untuk bekerja ke luar negeri, mulai registrasi,
              pelatihan,  uji  kompetensi,  pemeriksaan  kesehatan,  hingga  mempunyai  visa  dan  lain-
              lain,"katanya.
              Ida  mengatakan,  dikaitkan  dengan  perhitungan  ekonomi  dari  jumlah  calon  PMI  itu,  potensi
              remitansi yang dihasilkan cukup besar. Dan diharapkan dapat menjadi pengungkit percepatan
              pemulihan ekonomi, khususnya di tingkat desa atau daerah asal PMI tersebut.

              Sementara hasil survei Bank Dunia bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) Bank Dunia
              diperkirakan ada sekitar 9 juta PMI bekerja di luar negeri. Adapun 14 negara siap menerima PMI
              bekerja tersebut, yakni Aljazair, Australia, Hong Kong, Korea Selatan, Kuwait, Maladewa, Nigeria,
              Uni Emirat Arab, Polandia, Qatar, Taiwan, Turki, Zambia, dan Zimbabwe.

              Diketahui, Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) membuka kembali penempatan PMI sejak
              diterbitkannya Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 294/2020 yang telah ditandatangani
              pada 29 Juli 2020. Hal ini dilakukan dalam rangka pemulihan ekonomi nasional (PEN).

              Ida  mengatakan,  pembukaan  penempatan  PMI  ini  harus  mengutamakan  protokol  kesehatan
              pencegahan  virus  korona  (Covid-19).  "Guna  mendukung  percepatan  pemulihan  ekonomi
              nasional serta memperhatikan kebijakan beberapa negara penempatan yang sudah membuka
              tenaga kerja asing masuk, maka dipandang perlu untuk membuka kembali kesempatan bagi
              calon pekerja migran Indonesia untuk dapat bekerja di negara tujuan penempatan dengan tetap
              mengedepankan prinsip pelindungan hak-hak pekerja migran serta protokol kesehatan," ujarnya.

              Selanjutnya, diprioritaskan bagi calon PMI yang telah terdaftar di Sisko P2MI, serta calon PMI
              oleh Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia (P3MI) yang telah memiliki Surat Izin
              Perekrutan Pekerja Migran Indonesia (SIP2MI). Menaker menegaskan, pembukaan penempatan
              pada masa adaptasi kebiasaan baru ini, calon PMI tidak boleh dibebankan biaya karena adanya
              penerapan protokol kesehatan.

              Begitu pula, saat penerapan kebijakan protokol kesehatan ketika PMI tiba dan berada di negara
              tujuan penempatan. Maka dari itu, PT Bank Negara Indonesia (BNI) Persero disebutkan akan
              menanggung biaya tes Covid-19. "BNI yang siap menanggung biaya protokol kesehatan berupa
              tes PCR di Tanah Air,"katanya.


              Ida  juga  mengusulkan  kepada  Menteri  Koordinator  Bidang  Pembangunan  Manusia  dan
              Kebudayaan (Menko PMK) dan Menteri Kesehatan untuk

              menganggarkan biaya tes covid bagi PMI di Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.
              "Saya juga sudah bertemu dengan Pak Menko PMK dan Pak Menkes, kiranya bisa dialokasikan
              anggaran  yang  ada  di  Gugus  Tugas.  Prinsipnya  adalah  tidak  dibebankan  kepada  PMI,  kita
              memenuhi protokol kesehatan," ujarnya.


                                                           36
   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42