Page 33 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 24 AGUSTUS 2020
P. 33

Sri  Mulyani  Indrawati  mengatakan  payung  hukum  kebijakan  sedang  difinalkan  dan  akan
              diluncurkan  dalam  bentuk  peraturan  pemerintah  (PP).  "Peraturannya  sedang  dalam  proses
              penyelesaian,"  ujarnya,  akhir  pekan  lalu.  Penundaan  pembayaran  iuran  diharapkan  dapat
              membantu dan meringankan pelaku industri atau pemberi kerja yang terkena dampak pandemi
              Covid-19.

              Sri  Mulyani  mengatakan  penundaan  iuran  rencananya  bakal  dilakukan  hingga  akhir  tahun.
              Adapun  opsi  yang  sebelumnya  dipertimbangkan  pemerintah  adalah  pemotongan  iuran  BP
              Jamsostek hingga 90 persen dari kondisi normal selama tiga bulan. "Semoga bisa ditunda sampai
              Desember, sehingga ini bisa meringankan," ucapnya.

              Pemberian  pelonggaran  pembayaran  iuran  itu  sudah  disiapkan  dalam  anggaran  pemulihan
              ekonomi nasional (PEN) senilai Rp 695,2 triliun. Anggaran tei'sebut dialokasikan untuk pelbagai
              insentif serta stimulus yang bisa dimanfaatkan pelaku industri hingga masyarakat.

              Selain  iuran  BPJS  Ketenagakerjaan,  Sri  Mulyani  menyebutkan  pemerintah  sedang
              memformulasikan kebijakan yang dapat meringankan beban iuran BPJS Kesehatan. Namun dia
              mengaku  belum  bisa  memberikan  keputusan  apa  pun  terkait  dengan  kebijakan  di  BPJS
              Kesehatan.

              "Ini agak lebih rumit, karena dalam suasana kondisi kesehatan seperti ini, dari BPJS Kesehatan
              sendiri mesti harus diperhatikan. Jadi, belum bisa memberikan keputusan untuk hal ini. Nanti
              akan kami lihat."

              Deputi  Direktur  Bidang  Humas  dan  Antar-Lembaga  BP  Jamsostek,  Irvansyah  Utoh  Banja,
              mengatakan  Jamsostek  menunggu  detail  rumusan  kebijakan  keringanan  tersebut  dari
              pemerintah.  "Kami  sedang  menunggu  regulasinya,  relaksasi  iuran  untuk  pengusaha  atau
              pemberi kerja," kata Utoh.

              Sebelumnya, Direktur Utama BP Jamsostek Agus Susanto mengatakan inisiatif penundaan iuran
              tersebut  merespons  kesulitan  keuangan  yang  dialami  pelaku  usaha  akibat  pandemi,  yang
              kemudian menyebabkan pemutusan hubungan kerja (PHK). BP Jamsostek mencatat, dilihat dari
              pengajuan klaim JHT sepanjang Juni 2020, terjadi lonjakan sebesar 131 persen atau sebanyak

              287.5  ribu  kasus  dengan  nominal  Rp  3,51  triliun.  Jumlah  tersebut  meningkat  129  persen
              dibanding  pengajuan  klaim  JHT  sepanjang  Juni  2019  yang  sebanyak  124.5  ribu.  Dengan
              demikian, pelonggaran ini juga dimaksudkan untuk menjaga tingkat kepesertaan BP Jamsostek.

              Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani mengatakan
              penundaan iuran BPJS Ketenagakerjaan merupakan salah satu insentif yang dinantikan pelaku
              usaha  saat  ini.  "Kami  mengusulkan  penundaan  pembayaran  untuk  membantu  industri  yang
              terdampak Covid-19," kata dia.

              Sementara  itu,  kelompok  buruh  dari  Konfederasi  Serikat  Pekerja  Indonesia  (KSPI)  menolak
              kebijakan  penundaan  pembayaran  iuran  BP  Jamsostek  tersebut.  "Dengan  disetop-nya  iuran,
              yang akan diuntungkan adalah pengusaha ,"uj ar Presiden KSPI Said Iqbal. Sebab, kebijakan ini
              memungkinkan  para  pengusaha  tidak  perlu  membayar  iuran  wajib.  Sebaliknya,  buruh  justru
              dirugikan  karena  nilai  jaminan  hari  tua  dan  jaminan  pensiun  tidak  bertambah  selama  iuran
              dihentikan.

              Saat ini, terdapat empat j enis layananyang diberikan BP Jamsostek. Keempat layanan tersebut
              adalah  Jaminan  Kecelakaan  Kerja  (JKK),  Jaminan  Kematian  (JK),  Jaminan  Pensiun  (JP),  dan
              Jaminan Hari Tua (JHT). Besaran iuran yang dikenakan berbeda-beda, tergantung jenis pekerja:
              penerima upah, bukan penerima upah, pekerja migran Indonesia, dan jasa konstruksi.



                                                           32
   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38