Page 370 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 24 AGUSTUS 2020
P. 370
15 ABK ini yang berada di sebuah rumah mewah di kawasan Cipanas, Kabupaten Garut berniat
menagih gaji total sisanya, bernilai ratusan juta Rupiah.
Arifin Sastranegara, jadi salah satu dari 15 ABK mengatakan gajinya selama dua tahun bekerja
di kapal ikan di Taiwan ternyata ditilap oleh bosnya sendiri.
"Baru Rp30juta yang dibayar. Sisanya Rp50 juta belum dikasih dan tidak jelas," kata Arifin, Kamis
20 Agustus 2020.
Pria asal Makassar itu terpaksa hidup tak jelas di Garut . Kisahnya bermula saat Arifin ditawari
pekerjaan jadi ABK kapal ikan oleh seseorang bernama Alex.
Pada 2017, Arifin bertemu dengan Alex, pria yang baru dikenalnya di Jakarta. Pertemuan itu tak
disengaja dan Alex memintanya untuk bekerja ketimbang pulang ke kampung halaman.
"Kapal saya sebelumnya alami musibah kebakaran di Pulau Solomon. Saya akhirnya pulang ke
Indonesia. Pas di Jakarta, ketemu dengan Alex ini dan menwarkan saya jadi ABK ," tuturnya.
Sebagaimana diberitakan Jurnalgarut.com sebelumnya dalam artikel " Gaji Ditilap Agensi
Ratusan Juta Rupiah, Alasan ABK Bertahan di Garut ", Ia pun mengaku tidak curiga sama sekali
dengan ajakan Alex.
Selama satu bulan, Arifin dibantu untuk mengurus administrasi sebelum jadi ABK ke Taiwan .
Ia lalu berangkat ke Singapura dan bekerja di kapal Ikan di Taiwan .
Dalam perjanjian kerja, Arifin akan mendapat upah sebesar 500 US dollar (sekitar Rp7,3 juta).
Sebanyak 50 US dollar (sekitar Rp700.000) dibayar langsung dan sisanya akan dikirim ke
keluarga.
"Dua tahun kerja itu saya seharusnya dibayar Rp80 juta. Kerja juga keras sekali di kapal itu,"
pungkasnya.
Usai dua tahun bekerja, Arifin kembali ke Indonesia. Namun saat hendak pulang ke Makassar,
ia mendapat informasi jika gajinya selama di kapal ikan tak dikirim agensi ke keluarganya.
"Saya lalu cari tahu kebenarannya. Ternyata benar Alex ini tidak kirim uang ke keluarga saya,"
ucapnya.
Tanpa pikir panjang, Arifin lantas menyambangi ke kantor agensi yang berada di Garut . Ia
mempertanyakan terkait gajinya yang malah ditilap.
"Dari agensi malah ngelak terus. Bahkan sempat dia ancam saya. Daripada hangus, saya pilih
bertahan di Garut agar hak saya dibayar," ujarnya.
Saat di Garut , Arifin tak seorang diri. Banyak kawannya yang mengalami hal serupa. Salah
seorang temannya ada yang tak dibayar sampai Rp136 juta.
"Selama dua tahun kerja digondol semua gajinya. Tidak dibayar sepeser pun," jelasnya.***
(Fariz Akbar/Jurnalgarut.com).
369