Page 455 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 24 AGUSTUS 2020
P. 455

"Dalam rangka penguatan perlindungan kepada tenaga kerja dan meningkatkan peran tenaga
              kerja  dalam  mendukung  ekosistem  investasi."    Berdasarkan  catatan  Kompas.com,  terdapat
              empat pasal yang mengancam pekerja kantoran apabila  RUU Cipta Kerja  berhasil disahkan.

              1. Pemotongan waktu istirahat  Mengenai waktu istirahat,  RUU Cipta Kerja  menghapus libur
              mingguan  selama  dua  hari  untuk  lima  hari  kerja.  Pada  Pasal  79  Ayat  (2)  poin  b  RUU  itu
              disebutkan bahwa istirahat mingguan adalah satu hari untuk enam hari kerja dalam satu minggu.
              RUU  ini  juga  menghapus  pula  cuti  panjang dua  bulan  per  enam  tahun.  Adapun  pengaturan
              mengenai cuti panjang dalam  RUU Cipta Kerja  termaktub dalam Pasal 79 ayat (5). Cuti panjang
              disebut  akan  diatur  dalam  perjanjian  kerja,  peraturan  perusahaan,  atau  perjanjian  kerja
              bersama.

              2. Pengupahan  Dalam  RUU Cipta Kerja  , terdapat dua poin yang nantinya akan berimbas
              langsung terhadap sistem pengupahan pekerja perkantoran. Misalnya, Pasal 88 B  RUU Cipta
              Kerja    yang  mengatur  tentang  standar  pengupahan  berdasarkan  waktu.  Berdasarkan  pasal
              tersebut, pengupahan diterapkan berdasarkan satuan waktu dan satuan hasil. Tak sedikit yang
              menganggap  bahwa  skema  pengupahan  ini  akan  menjadi  dasar  bagi  perusahaan  untuk
              memberlakukan perhitungan upah per jam.

              Lalu, Pasal 88 C, (1) Gubernur menetapkan upah minimum sebagai jaring pengaman. (2) Upah
              minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan upah minimum provinsi. Pada poin
              ini, banyak pihak khawatir, melalui aturan ini, pemerintah tengah berupaya menghilangkan Upah
              Minimum Kabupaten/Kota (UMK), termasuk upah minimum sektoral.

              3. Rentan PHK  RUU Cipta Kerja mengubah pula ketentuan jangka waktu untuk perjanjian kerja
              waktu  tertentu  (PKWT)  atau  pekerja  kontrak.  Melalui  Pasal  56  Ayat  (3),    RUU  Cipta  Kerja
              mengatur bahwa jangka waktu atau selesainya suatu pekerjaan tertentu ditentukan berdasarkan
              kesepakatan para pihak.

              RUU  Cipta  Kerja  menghapuskan  ketentuan  Pasal  59  UU  Ketenagakerjaan  yang  mengatur
              pembatasan jenis pekerjaan dan jangka waktu yang bisa diikat dengan kontrak kerja. Ketentuan
              mengenai perjanjian kerja PKWT dapat berakhir saat pekerjaan selesai juga membuat pekerja
              rentan di-PHK karena pengusaha dapat menentukan sepihak pekerjaan berakhir.

              4. Kontrak seumur hidup  RUU Cipta Kerja juga mengubah ketentuan Pasal 61 yang salah satunya
              mengatur bahwa perjanjian kerja berakhir pada saat pekerjaan selesai. Klausul ini sebelumnya
              tidak dimuat dalam UU Ketenagakerjaan.

              RUU  Cipta  Kerja,  lewat  Pasal  61A,  menambahkan  ketentuan  pengusaha  wajib  memberikan
              kompensasi kepada pekerja yang hubungan kerjanya berakhir karena berakhirnya jangka waktu
              perjanjian kerja dan selesainya pekerjaan.

              Aturan tentang perjanjian kerja dalam  RUU Cipta Kerja  ini dinilai akan merugikan pekerja karena
              relasi kuasa yang timpang dalam pembuatan kesepakatan. Jangka waktu kontrak akan berada
              di tangan pengusaha yang bahkan bisa membuat status kontrak menjadi abadi.
              Termasuk,  pengusaha  dapat  sewaktu-waktu  mem-PHK  pekerja  kontrak  asalkan  memberi
              kompensasi  sesuai  ketentuan  tambahan  dalam  pasal  61A,  yang  tidak  ada  dalam  UU
              Ketenagakerjaan.










                                                           454
   450   451   452   453   454   455   456   457   458   459   460