Page 156 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 21 JULI 2021
P. 156

Hak pekerja yang dirumahkan

              Pekerja  yang  dirumahkan  masih  memiliki  status  sebagai  pekerja dan  terikat  hubungan  kerja
              dengan perusahaan, sehingga tetap berhak atas hak-haknya sebagai pekerja, termasuk soal
              upah.

              Hal ini selaras dengan ketentuan Pasal 88A ayat (1) UU Cipta Kerja yang menyebutkan bahwa
              hak  pekerja/buruh  atas  upah  timbul  pada  saat  terjadi  hubungan  kerja  antara  pekerja/buruh
              dengan pengusaha dan berakhir pada saat putusnya hubungan kerja.

              Dengan  demikian,  apabila  tidak  diatur  dalam  perjanjian  kerja,  peraturan  perusahaan,  atau
              perjanjian kerja bersama, maka pekerja/buruh yang dirumahkan masih berhak atas upah.

              Maka  berdasarkan  ketentuan  tersebut  dibutuhkan  kebijaksanaan  dari  pihak  perusahaan  dan
              pekerja dalam menyikapi permasalahan Pandemi Covid-19 demi keberlangsungan dunia usaha.
              Pada satu sisi perlu diperhatikan pelaksanaan kegiatan usaha yang terkontrol guna melindungi
              karyawan agar tidak terinfeksi Covid-19, serta menghindari meluasnya wabah Covid-19.

              Di sisi lain tetap memperhatikan kebutuhan dasar pekerja untuk kehidupan yang layak melalui
              pemberian upah di mana seluruhnya dapat tergambar dalam kesepakatan bersama yang dibuat.

              Bagaimana  jika  karyawan  tidak  dilibatkan  dalam  pembuatan  kesepakatan  bersama,  atau
              Perusahaan tidak membayarkan sama sekali upah Pekerja?

              Jalur hukum yang dapat dilakukan oleh karyawan berdasarkan Undang Undang No 2 Tahun 2004
              Tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan (“UU PPHI”) terdiri dari tiga tahap yang harus
              dilakukan secara berurutan.

              Pada  tahap  pertama  merupakan  Jalur  Bipartit,  yakni  perundingan  antara  pekerja  dengan
              pengusaha  untuk  menyelesaikan  perselisihan  hubungan  industrial  (perselisihan  hak  antara
              pekerja dengan pengusaha).
              Tahap  kedua  adalah  Jalur  Tripartit,  yakni  penyelesaian  perselisihan  antara  pekerja  dengan
              pengusaha, dengan dimediasi oleh pihak Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten/Kota.

              Tahap  Ketiga  adalah  Jalur  Pengadilan  Hubungan  Industrial.  Tahap  ini merupakan  jalur  yang
              dapat  ditempuh  oleh  pekerja/pengusaha  melalui  mekanisme  gugatan  yang  didaftarkan  di
              Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat
              pekerja/buruh bekerja.

























                                                           155
   151   152   153   154   155   156   157   158   159   160   161