Page 151 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 21 JULI 2021
P. 151
positive - Sumiyati (Ketua Bidang Perempuan dan Anak Serikat Pekerja Nasional (SPN)) Kami
lihat juga beberapa pabrik operasional berjalan seperti biasa. Mereka nggak mau ngalah dengan
PPKM ini, semua rutinitas seperti biasa. Tidak ada protokol berjalan dengan baik
negative - Sumiyati (Ketua Bidang Perempuan dan Anak Serikat Pekerja Nasional (SPN)) Banyak
buruh menggunakan masker berulang dicuci dipakai, karena beban. Vitaminnya juga tidak
diminum, karena tidak disiapkan
neutral - Sumiyati (Kepala Sekolah SMKetua Bidang Perempuan dan Anak Serikat Pekerja
Nasional (SPN)AK Yos Sudarso Batam) Saya ingatkan lagi UU Ketenagakerjaan. Dijelaskan
pemberi kerja diwajibkan berikan perlindungan kesejahteraan, keselamatan, dan kesehatan
kerja bagi tenaga kerja baik mental dan fisiknya
Ringkasan
Fakta mengejutkan terungkap dari laporan serikat buruh. Mereka menyampaikan masih banyak
anggotanya yang terkonfirmasi positif COVID-19 dan terpaksa tetap bekerja. Ketua Federasi
Serikat Buruh Persatuan Indonesia (FSBPI) Dian Septi Trisnanti mengatakan saat ini banyak
perusahaan yang mengubah status buruhnya menjadi pekerja kontrak atau borongan. Dengan
perubahan status itu membuat pemberian upah buruh sesuai dengan jam kerja harian.
PEDIH! BURUH TERPAKSA TETAP KERJA PADAHAL POSITIF COVID-19
Fakta mengejutkan terungkap dari laporan serikat buruh. Mereka menyampaikan masih banyak
anggotanya yang terkonfirmasi positif COVID-19 dan terpaksa tetap bekerja.
Ketua Federasi Serikat Buruh Persatuan Indonesia (FSBPI) Dian Septi Trisnanti mengatakan saat
ini banyak perusahaan yang mengubah status buruhnya menjadi pekerja kontrak atau borongan.
Dengan perubahan status itu membuat pemberian upah buruh sesuai dengan jam kerja harian.
Maka bila tidak masuk kerja mereka khawatir tidak dapat upah. Dari situ lah para buruh memaksa
diri untuk tetap bekerja meskipun positif COVID-19.
"Pekerja kontrak dan borongan akan terpaksa tetap bekerja, meski sakit, karena takut kehilangan
upah. Klaster pabrik sangat agresif, buruh TGSL (tekstil, garmen, sepatu, dan kulit), dalam dua
minggu saja di Cakung, Tangerang, Subang, dan Solo ribuan anggota kita terpapar," ungkap
Dian dalam konferensi pers virtual, Senin (19/7/2021).
Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri Federasi Serikat Pekerja Tekstil, Sandang, dan Kulit Serikat
Pekerja Seluruh Indonesia (FSP TSK-SPSI) Dion Wijaya mengatakan perubahan status pekerja
banyak dilakukan perusahaan kepada buruh sejak Omnibus Law UU Cipta Kerja disahkan.
"Dengan status itu maka semakin tertekan para pekerja garmen khususnya pekerja perempuan.
Dengan status begitu meski mereka terpapar mereka terpaksa kerja karena dengan status itu
mereka khawatir nggak dapat upah," kata Dion dalam diskusi yang sama.
Mirisnya lagi bila buruh ketahuan perusahaan terpapar, dia akan diminta pulang untuk isolasi
mandiri. Namun, buruh tidak mendapatkan fasilitas apapun dari perusahaan.
"Mereka mungkin bisa bekerja kalau cuma gejala saja belum dicek, tapi yang terpapar itu kalau
ada yang tes massal disuruh pulang dan isoman. Tapi tanpa ada fasilitas di perusahaan, ini
muncul problem," ungkap Dion.
150

