Page 20 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 21 JULI 2021
P. 20

Ringkasan

              Rasa khawatir tergambar jelas dalam raut muka perempuan berusia 20 tahun ini. Penyebabnya,
              penghasilan  dia  sebagai  buruh  di  PT  Chang  Shin  Reksa  Jaya,  produsen  sepatu  berlabel
              internasional  itu  bakal  berkurang  dari  yang  biasa  didapat.  Semua  terjadi  ketika  pemerintah
              menerapkan  Pemberlakuan  Pembatasan  Kegiatan  Masyarakat  (PPKM)  Darurat.  Dampak  dari
              kebijakan tersebut sudah menjadi buah bibir di kalangan buruh. Sehari-hari, obrolan mereka
              tidak lepas dari nasib masing-masing. Pola kerja di pabrik juga mengalami perubahan. Jam kerja
              berubah menjadi sehari kerja, sehari libur.


              HARI-HARI RESAH BURUH HARIAN


              Rasa khawatir tergambar jelas dalam raut muka perempuan berusia 20 tahun ini. Penyebabnya,
              penghasilan  dia  sebagai  buruh  di  PT  Chang  Shin  Reksa  Jaya,  produsen  sepatu  berlabel
              internasional  itu  bakal  berkurang  dari  yang  biasa  didapat.  Semua  terjadi  ketika  pemerintah
              menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat.

              Dampak  dari  kebijakan  tersebut  sudah  menjadi  buah  bibir  di  kalangan  buruh.  Sehari-hari,
              obrolan  mereka  tidak  lepas  dari  nasib  masing-masing.  Pola  kerja  di  pabrik  juga  mengalami
              perubahan. Jam kerja berubah menjadi sehari kerja, sehari libur.

              "Nah yang pas enggak kerjanya itu, dari informasi yang saya terima, itu tidak akan dibayar.
              Jadinya kemungkinan ya gaji di bulan ini tidak akan full," sebut sumber merdeka.com tersebut.

              Warga Kecamatan Tarogong Kaler itu memastikan informasi perubahan jam kerja didapat dari
              atasannya  di  pabrik.  Jika  dihitung,  dia  kemungkinan  akan  kehilangan  penghasilan  lebih  dari
              Rp500 ribu di masa PPKM Darurat.
              Buruh di pabrik tersebut dibayar harian. Sehari bekerja, mereka bisa mengantongi Rp85 ribu.
              Dengan rincian Rp65 ribu merupakan gaji kemudian Rp20 ribu uang transportasi.

              "Dengan pemberlakuan ini, ya setiap tidak kerja kita kehilangan uang Rp85 ribu," ujarnya dengan
              nada ikhlas.

              Dia bersama teman-temannya berharap pihak perusahaan tetap memberikan gaji secara utuh.
              Alasannya, buruh tidak bekerja bukan kemauan mereka, namun lantaran imbas dari kebijakan
              pemerintah.

              Keinginan untuk melontarkan kriti atau penolakan kepada perusahaan ada. Namun, semua itu
              kandas dilakukan lantaran ketakutan jika semua harus berakhir dengan kata pemecatan.

              "Saya tahu ada aturan khusus selama PPKM Darurat, atasan kita di grup WhatsApp sempat men-
              share surat dari pemerintah juga soal itu. Tapi dari perusahaan tidak ada surat pemberitahuan
              soal  pembatasan,  jadinya  kita  semua  tetap  kerja  saja  seperti  biasa.  Ya  hati  mah  pengen
              ngomong,  tapi  takut,  jadinya  ya  diam  saja.  Dan  yang  mikir  gitu  bukan  cuma  saya  saja,"
              ungkapnya.

              Dia mengaku bahwa saat itu dia sempat berharap agar tempatnya bekerja diinspeksi mendadak
              oleh Satgas Covid-19 Kabupaten Garut. Harapannya jadi kenyataan, beberapa hari kemudian tim
              gabungan mendatangi pabrik itu.

              Namun  setelah  perusahaan  dijatuhi  sanksi,  dia  justru  dilanda  kekhawatiran.  Pendapatannya
              bakal berkurang. "Tau gini mah mending tetap kerja seperti biasa aja. Lumayan kan hilangnya
              Rp500 ribuan," ucapnya.


                                                           19
   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25