Page 22 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 16 DESEMBER 2020
P. 22
APINDO: PENGUSAHA TERDESAK
Lanskap pasar tenaga kerja Indonesia berubah akibat pandemi Covid-19. Pelaku usaha bakal
mengurangi jumlah pekerja formal secara signifikan karena alasan keterdesakan dan efisiensi.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi B Sukamdani memperkirakan,
jumlah pekerja formal di Indonesia akan berkurang 5-30 persen pada 2021. Pengurangan
pekerja formal tak lain karena pengusaha mesti melakukan efisiensi agar bisa pulih dari krisis
akibat pandemi Covid-19.
"Pelaku usaha akan mengurangi pekerja formal yang ada dan menerapkan sistem kerja ganda
(multitasking). Jadi, nanti petugas satpam harus bisa menjadi sopir, kurir, atau bagian quality
control" ujar Hariyadi dalam telekonferensi pers Apindo tentang proyeksi perekonomian 2021
bertema "Transformasi Ekosistem Ekonomi Pascapandemi", Selasa (15/12/2020).
Pengurangan pekerja formal mulai terlihat dalam struktur tenaga kerja terbaru. Berdasarkan
data Badan Pusat Statistik (BPS), persentase pekerja formal menurun cukup signifikan, yakni
dari 44,12 persen pada Agustus 2019 menjadi 39,53 persen pada Agustus 2020. Sebaliknya,
pekerja informal meningkat dari 55,88 persen menjadi 60,47 persen.
BPS juga mencatat, 29,12 juta orang atau 14,28 persen dari 203,97juta penduduk usia kerja
terdampak Covid-19. Orang yang menganggur akibat Covid-19 mencapai 2,56 juta orang
sehingga menambah angka pengangguran per Agustus 2020 menjadi 9,77 juta orang (Kompas,
6/11/2020).
Menurut Hariyadi, pengurangan pekerja formal akan terjadi di hampir semua sektor usaha.
Namun, sektor-sektor yang terdampak Covid-19 paling parah akan mengurangi pekerja formal
lebih cepat dan lebih besar, seperti di sektor pariwisata, perhotelan, dan transportasi.
Desakan efisiensi turut dipengaruhi regulasi pemerintah daerah yang dinilai memberatkan pelaku
usaha, seperti kenaikan upah minimum regional yang terlalu tinggi. Salah satu yang menjadi
sorotan adalah upah minimum Kabupaten Karawang pada 2021 yang ditetapkan Rp 4,79 juta,
tertinggi se-Indonesia, dan naik dibandingkan dengan upah minimum tahun ini yang Rp 4,59
juta. "Kebijakan penyesuaian upah di tengah kondisi pandemi membuat jumlah pekerja formal
semakin surut. Hal ini yang disesalkan (pelaku usaha)," kata Hariyadi.
Pengurangan pekerja terbesar teijadi di level usaha mikro, kecil, dan menengah (U M KM). Selain
faktor efisiensi, pengurangan pekerja di sektor ini dipengaruhi oleh fleksibilitasnya terkait
ketenagakerjaan.
Lanskap berubah
Dihubungi terpisah, Selasa, peneliti SMERU Research Institute, Muhammad Adi Rahman,
mengatakan, pandemi Covid-19 akan mengubah lanskap pasar ketenagakerjaan di Indonesia.
Dari hasil studi SMERU, tingkat penyerapan tenaga kerja tidak akan sebesar jumlah tenaga kerja
yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK). "Pekerja yang terkena PHK ini tidak akan
bertahan lama untuk menganggur. Mereka harus mencari pekerjaan untuk menyambung hidup.
Fenomena ini yang akan memicu peningkatan jumlah pekerja di sektor informal," kata Adi.
Risiko peningkatan pekerja informal menjadi tantangan bagi Indonesia. Oleh karena itu,
pemerintah perlu merumuskan kebijakan agar dunia usaha segera pulih dari krisis sehingga
pengurangan tenaga kerja bisa ditekan. Kebijakan juga mesti memastikan rasio modal terhadap
tenaga kerja tidak naik secara dramatis.
21