Page 157 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 29 JUNI 2021
P. 157
Majikannya pernah memukulnya dengan rotan, besi batangan, gagang sapu, hingga
membenturkan kepalanya ke tembok. Akibat pukulan dari sang majikan, badannya lebam hingga
kepalanya berdarah.
"Hampir setiap hari saya dipukuli. Setelah itu saya hanya bisa menangis," kata Sulikah.
Tak hanya kekerasan fisik, jatah makan yang diberikan kepada Sulikah sangat minim.
Ia hanya dijatah segelas beras dan sebutir telur untuk makan dari pagi hingga malam. Jika ingin
memakan makanan lain, majikannya mengancam akan memotong gaji.
Bak terpenjara, Sulikah juga tidak diizinkan keluar rumah. Untuk buang sampah saja, majikan
melarangnya. Bahkan saat majikannya pergi, pintu pagar dikunci rapat-rapat.
Sebenarnya Sulikan ingin menceritakan penderitaan yang dialaminya kepada keluarga di
kampung halaman. Namun, satu-satunya ponsel yang ia punya sudah diminta sang agen saat
tiba di Malaysia.
Penderitaan Sulikah berakhir saat diminta sang majikan mencuci mobil di halaman depan rumah.
Saat itu, seorang tetangga yang lewat menanyakan kondisi Sulikah.
Tetangga itu sering mendengar sang majikan memarahi Sulikah.
"Saya tidak kuat lagi. Jadi saya ceritakan semuanya kepada tetangga itu," ungkap Sulikah.
Doa Sulikah untuk bisa segera keluar dari malapetaka pun terjawab. Tetangga tersebut melapor
ke Kepolisian Diraja Malaysia.
Tak lama kemudian, sejumlah petugas polisi Malaysia datang menjemputnya. Di depan polisi, ia
menceritakan kekerasan yang menimpa dirinya selama bekerja di rumah itu.
Tak hanya itu, bekas luka akibat kekerasan majikannya juga difoto polisi setempat untuk menjadi
barang bukti. Ia juga mendapatkan pengobatan dari dokter setempat yang dibawa polisi.
Usai diperiksa polisi, Sulikah dititipkan di rumah perlindungan imigrasi. Setelah tiga minggu
berada di rumah imigrasi, ia dibuatkan surat untuk kembali pulang ke Tanah Air.
Sulikah kembali ke tanah air bersama sejumlah pekerja migran Indonesia lainnya, Rabu
(26/5/2021).
Lantaran pandemi Covid-19, setiba di Surabaya, Jawa Timur, Sulikah harus menjalani karantina
di Asrama Haji Sukolilo selama tiga hari.
Selanjutnya ia dijemput petugas Pemkab Madiun dan kembali menjalani karantina di Kabupaten
Madiun selama tiga hari. Setelah karantina selesai, Sulikah baru diperbolehkan pulang ke
rumahnya.
Perihnya hidup yang dialami Sulikah selama bekerja sebagai buruh migran di Malaysia belum
selesai. Begitu tiba di kampung halaman, Sulikah baru mengetahui ibunya meninggal pada April
2021.
Ia pun teringat dengan mimpi yang dialami saat masih dititipkan di Kantor Imigrasi Malaysia.
"Saat itu saya mimpi ibu saya datang ke Malaysia dan mengajak pulang saya," ujar Sulikah.
Setiba di kampung halamannya, Sulikah hanya bisa menyesali keberangkatannya menjadi tenaga
kerja wanita ke Malaysia pada 2019.
156