Page 158 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 29 JUNI 2021
P. 158
Sulikah terpaksa bekerja sebagai buruh migran karena kondisi ekonomi keluarganya yang kurang
mampu.
Saat itu seorang agen PMI datang ke rumah dan menawarkan pekerjaan di Malaysia sebagai
asisten rumah tangga.
Agen itu menjanjikan satu bulan ia mendapatkan gaji sekitar 1.110 ringgit atau sekitar Rp 3,8
juta.
Mendapatkan tawaran itu, Sulikah menyetujuinya. Seluruh dokumen diurus agen.
Bahkan ia mengakali tahun kelahirannya. Sesuai kartu tanda penduduk (KTP), Sulikah lahir pada
1999, tetapi di paspor tertulis 1997.
Setelah dokumen lengkap, Sulikah diberangkatkan dari Bandara Yogyakarta. Setibanya di
Malaysia, Sulikah dijemput agen yang berada di negara tersebut.
Semalam menginap di penampungan, pagi harinya Sulikah diantar ke rumah majikan. Sulikah
tidak mengetahui pasti alamat tinggal majikannya tersebut. Ia hanya mengingat rumah
majikannya berada di Jalan Ipoh.
Sulikah pun juga tidak mengetahui nama majikannya. Perempuan itu hanya mengingat wajah
keras majikan perempuannya yang sering marah dan memukulnya.
"Saya tidak tahu namanya. Kalau majikan perempuan saya panggil madam dan laki-laki panggil
bos. Kalau tiga anaknya itu saya panggil koko, cece, dan baby,'' ungkap Sulikah.
Sulikah tak membawa sepeser uang saat tiba di tanah air. Beruntung, setiba di Surabaya, dua
PMI memberinya uang masing-masing Rp 50.000.
Ia berharap kekurangan gaji segera dibayar majikannya. Pasalnya saat di Malaysia, polisi yang
menangani kasusnya berjanji mengurus gajinya yang belum dibayar majikannya.
Sulikah kini tinggal bersama ayah, kakek, dan nenek serta anaknya yang berusia tiga tiga tahun.
Ia tidak bisa berbuat banyak dan kesulitan mencari pekerjaan karena hanya lulusan SD.
Padahal Sulikah memiiliki tanggung jawab membesarkan anaknya yang baru berusia tiga tahun.
Pasalnya, Sulikah harus menghidupi anaknya sendiri setelah suaminya pergi meninggalkan diri
dirinya usai melahirkan.
Sulikah sudah berusaha melamar menjadi penjaga toko namun sampai saat ini belum ada yang
menerimanya. Bermodal ponsel yang dipinjamkan saudaranya, Sulikah tak pantang menyerah
mencari pekerjaan demi menghidupi anaknya semata wayang.
Kepala Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Madiun Heru Kuncoro mengaku telah melakukan
pendampingan terhadap Siti Sulikah.
Pendampingan itu untuk membantu korban dari trauma dan mengetahui perusahaan pelaksana
penempatan TKI swasta (PPTKIS) yang memberangkatkan Sulikah.
"Dua hari setelah pulang ada pendampingan dari kami kepada korban. Setidaknya kami mencari
informasi PJTKI yang membawa TKI tersebut. Hanya saja korban belum bisa bercerita banyak
tentang kejadian yang dialaminya selama bekerja di Malaysia setelah tiba kampung
halamannya," ujar Heru.
157