Page 268 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 24 DESEMBER 2021
P. 268

Namun, Pemprov DKI Jakarta mesti bersiap menghadapi polemik kenaikan UMP 2022 di meja
              hijau. Kalangan pengusaha kukuh menggugat ke pengadilan.
              Gugatan Apindo

              Ketua  Umum  Asosiasi  Pengusaha  Indonesia  (Apindo)  Hariyadi  Sukamdani  menyatakan  bakal
              menggugat Gubernur DKI Jakarta ke Pengadilan 'Kita Usaha Negara (PTUN) atas revisi kenaikan
              UMP 2022 dari 0,85% menjadi 5,1%.

              Terdapat beberapa hal yang dinilai menjadi masalah. Pertama, Anies dianggap Apindo melanggar
              regulasi pengupahan, yaitu Peraturan Pemerintah (PP) No. 36/2021 tentang Pengupahan. Dua
              pasal yang dinilai dilanggar adalah Pasal 26 mengenai cara perhitungan upah minimum dan Pasal
              27 mengenai UMP.

              Kedua, revisi UMP DKI dianggap bertentangan dengan Pasal 29 tentang waktu penetapan pah
              minimum yang selambat-lambatnya itetapkan pada 21 November 2021.

              Ketiga, Pemprov DKI Jakarta dianggap secara sepihak melakukan revisi UMP DKI Jakarta 2022
              tanpa memperhatikan pendapat dunia usaha, khususnya Apindo DKI Jakarta. Apindo menjadi
              sebagai bagian dari dewan pengupahan unsur pengusaha.

              Dosen hukum tata negara Fakultas Hukum Universitas Andalas Feri Amsari mengatakan apa
              yang  dilakukan  Anies  secara  konstitusional  sudah  tepat.  Oleh  karena  itu,  dia  tidak  mungkin
              diberikan sanksi.
              "Berdasarkan  putusan  Mahkamah  Konstitusi  No.  91  /PUU-XVIII/2020  terutama  di  amar  6,
              dijelaskan  bahwa  diberlakukan  peraturan  yang  sebelumnya  ketika  UU  Cipta  Kerja  belum
              disahkan," katanya, Selasa (21/12/2021).

              Feri menjelaskan sudah menjadi kewenangan gubernur untuk mengatur UMP melalui peraturan
              daerahnya. "Dalam konteks ini, tentu saja secara konstitusional tindakan Anies yang dibenarkan.
              Sementara, tindakan kementerian dan presiden yang mengabaikan putusan MK adalah tindakan
              yang  salah.  Oleh  karena  itu  tidak  mungkin  orang  yang  menjalankan  amanat  konstitusional
              melalui putusan MK diberikan Sanksi," jelasnya.

              (Jaffry Prabu Prakoso/Rahmad rauzan/Bisnis Indonesia)






























                                                           267
   263   264   265   266   267   268   269   270   271   272   273