Page 40 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 6 MEI 2021
P. 40
Tanpa THR Namun, seperti tahun-tahun sebelumnya, harapan memperoleh THR tidak berlaku
bagi semua pekerja. Secara faktual, hanya pekerja formal yang jumlahnya kurang dari dua
perlima (39,53%) dari total pekerja di Tanah Air yang memperoleh THR. Sebaliknya, lebih dari
tiga perlima pekerja lainnya (60,47%) tidak memperoleh THR. Mereka itu ialah yang bekerja di
sektor informal.
Bahkan, dampak pandemi mengakibatkan pekerja formal menurun, sedangkan pekerja informal
meningkat selama Agustus 2019-Agustus 2020. Pekerja formal turun dari 44,12% (Agustus
2019) menjadi 39,53% (Agustus 2020), sedangkan pekerja informal meningkat dari 55,88%
(Agustus 2019) menjadi 60,47% (Agustus 2020). Hal itu sekaligus mengisyaratkan bahwa
pekerja formal yang menerima THR pada 2021 jumlahnya berpotensi menurun.
Pekerja informal memang masih memiliki peluang memperoleh THR atas kemurahan hati atau
kesepakatan secara bipartit sebelumnya, antara pemberi kerja dan penerima kerja. Namun,
pekerja informal yang mendapat THR dari pemberi kerja itu terbilang jarang sehingga jumlahnya
ditengarai relatif kecil.
Menurut status pekerjaan, pekerja informal yang menyandang status sebagai pengusaha dalam
menghadapi Lebaran dapat mengusahakannya secara mandiri. Meski demikian, akibat dampak
pandemi, para pengusaha itu tidak mudah mengalokasikan dana untuk menyambut Lebaran.
Yang termasuk pengusaha di sektor informal itu ialah mereka yang berusaha sendiri, berusaha
dibantu buruh tidak tetap, dan berusaha dibantu buruh tetap yang jumlahnya 39,16% dari total
pekerja di Tanah Air.
Namun, bagi pekerja informal yang berstatus sebagai pekerja keluarga tidak dibayar, pekerja
bebas di nonpertanian dan pekerja bebas di pertanian dengan jumlah sebanyak 24,47% dari
total pekerja, yang pendapatannya bergantung pada pemberi kerja, diperkirakan cukup sulit
mengalokasikan anggaran untuk menghadapi Lebaran. Hal itu disebabkan untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari saja terbilang sulit bagi pekerja informal karena pendapatan mereka
relatif kecil.
Tanpa THR, pekerja informal kerap menyiasati dengan cara melakukan coping strategy dalam
menghadapi Lebaran. Upaya yang dilakukan ialah berutang dan menjual barang berharga. Hal
itu tentunya akan kian menambah beban kehidupan pekerja informal yang sebagian besar di
antaranya berstatus sebagai penduduk miskin. Akibatnya, derajat kemiskinan pekerja informal
berpotensi kian dalam dan semakin parah seusai Lebaran.
Perlu upaya Atas dasar itu, pemerintah perlu mencari terobosan agar pekerja informal yang tidak
memperoleh THR dapat merayakan Lebaran tanpa terbebani oleh utang dan terjualnya barang
berharga. Untuk itu, perlu dilakukan sedikitnya tiga hal.
Pertama, pemerintah perlu melakukan pengendalian harga agar tidak melonjak tajam menjelang
Lebaran. Upaya yang dilakukan ialah memastikan kecukupan pasokan, kelancaran distribusi, dan
tata niaga sejumlah komoditas kebutuhan pokok. Termasuk di dalamnya pemberlakuan operasi
pasar murah dengan menerapkan protokol kesehatan. Pengendalian harga itu amat membantu
daya beli pekerja informal dan penduduk miskin dalam memenuhi kebutuhan selama Lebaran.
Kedua, mendorong penguatan solidaritas sosial untuk membantu pekerja informal dan penduduk
miskin. Sangat diharapkan, solidaritas sosial itu tidak hanya bersifat pemberian zakat, tapi juga
bantuan sukarela dari mereka yang memiliki kemampuan berlebih. Hal itu disebabkan kian
melebarnya ketimpangan pendapatan yang ditunjukkan dengan meningkatnya angka rasio Gini
di masa pandemi. Rilis BPS tentang tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia
(15/2/2021) menyebutkan, rasio Gini meningkat dari 0,381 pada Maret 2020 menjadi 0,385 pada
September 2020.
39