Page 119 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 26 MARET 2021
P. 119

BPJS WATCH JATIM : MENTERI KETENAGAKERJAAN GANTUNG KEPASTIAN
              BEASISWA ANAK
              Sidoarjo : Kehadiran Peraturan Pemerintah (PP) No. 82 tahun 2019 tentang Perubahan atas PP
              No.  44  Tahun  2015  tentang Penyelenggaraan  Program  Jaminan  Kecelakaan  Kerja  (JKK) dan
              Jaminan Kematian (JKm) yang ditetapkan tanggal 29 Nopember 2019 dan diundangkan tanggal
              2  Desember  2019,  merupakan  hal  baik  yang  akan  mendukung  kesejahtreraan  pekerja  dan
              keluarganya. Arief Supriyono Ketua BPJS WATCH Jatim mengatakan, dengan diundangkannya
              PP No. 82 Tahun 2019 ini manfaat program JKK dan JKm yang ada di PP No. 44 Tahun 2015
              mengalami  peningkatan  manfaat  yang  cukup  signifikan.  "Adapun  manfaat  yang  meningkat
              adalah  penggantian  biaya  tranportasi,  santunan  sementara  tidak  mampu  bekerja,  biaya
              penunjang  diagnostik,  santunan  berkala,  bantuan  beasiswa  baik  jumlah  anak  maupun  nilai
              beasiswa, dan biaya pemakaman", terangnya dalam pesan WhastAap, Kamis (25/3/21).

              Dirinya juga mengatakan untuk biaya alat bantu dengar, biaya kacamata dan biaya homecare
              diberlakukan dari yang sebelumnya tidak ada. Tentunya peningkatan manfaat JKK dan JKm ini
              sangat mendukung pekerja dan keluarganya. Imbuh Arief. Salah satu manfaat yang meningkat
              dengan cukup signifikan adalah tentang beasiswa kepada anak dari peserta yang meninggal
              dunia  atau  cacat  total  tetap  akibat  kecelakaan  kerja,  dari  tingkat  Taman  Kanak-kanan  (TK)
              sampai Perguruan Tinggi, maksimal 2 anak.

              Tingkat TK dan SD mendapat beasiswa Rp. 1,5 juta per tahun maksimal selama 8 tahun, tingkat
              SMP mendapat Rp. 2 juta per tahun (maksimal 3 tahun), tingkat SMA mendapat Rp. 3 juta per
              tahun  (maksimal  3  tahun),  dan  tingkat  Perguruan  Tinggi  mendapat  Rp.  12  juta  per  tahun
              (maksimal  5  tahun).  Pasal  25  ayat  (6)  dan  Pasal  34  ayat  (5)  PP  No.  82  Tahun  2019  ini
              mengamanatkan  ketentuan  lebih  lanjut  mengenai  tata  cara  pemberian  dan  persyaratan
              memperoleh beasiswa Pendidikan bagi anak dari peserta yang meninggal dunia atau cacat total
              tetap akibat kecelakaan kerja diatur dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan (Permenaker).
              Arief menambahkan manfaat beasiswa yang baik tersebut ternyata sampai saat ini belum juga
              terealisir mengingat Permenaker belum juga terbit sehingga anak-anak yang seharusnya sudah
              mendapatkan beasiswa ternyata belum juga memperolehnya. Pada saat tahun ajaran baru tahun
              lalu seharusnya beasiswa ini dapat mendukung anak-anak masuk sekolah, demikian juga tahun
              ajaran baru tahun ini akan tiba, khususnya untuk anak-anak yang akan masuk perguruan tinggi.
              "Hingga saat ini Menteri Ketenagakerjaan tidak pernah menginformasikan alasan keterlambatan
              pembuatan Permenaker. Di lapangan pihak BPJamsostek yang cenderung disalahkan atas belum
              diterimanya beasiswa ini, padahal pihak BPJamsostek belum berani memberikan beasiswa ini
              karena belum adanya Permenaker yang diamanatkan PP No. 82 Tahun 2019 tersebut," tukasnya.
              Direksi BPJamsostek hanya bisa menjanjikan dan menjamin hak atas beasiswa ini akan diberikan
              setelah  Permenaker  keluar.  Dananya  sudah  tersedia  dan  siap  diberikan.  Tentunya,  bila
              BPJamsostek memberikan beasiswa tanpa hadirnya Permenaker maka hal tersebut bisa menjadi
              masalah hukum bagi Direksi BPJamsostek nantinya. Sejak diundangakan PP No. 82 Tahun 2019
              hingga saat ini sudah hampir satu tahun empat bulan. Mengapa membuat Permenaker bisa lama
              seperti  ini  sehingga  menggantung  hak  anak-anak  atas  beasiswa?  Masalahnya  dimana  dan
              bagaimana  perkembangannya,  hingga  saat  ini  Ibu  Menteri  Ketenagakerjan  tidak
              menginformasikannya kepada masyarakat.

              "Saya sudah pernah menulis tentang keterlambatan pembuatan Permenaker ini beberapa bulan
              lalu namun tidak juga selesai hingga saat ini, saat saya menuliskan kembali tentang Permenaker
              ini.  Saya  kira  ini  bentuk  kinerja  buruk  Menteri  Ketenagakerjaan,  dan  seharusnya  Presiden
              menegur  atas  keterlambatan  ini,"  jelas  Arief.  Menteri  Ketenagakerjaan  diharapkan  dapat
              menjelaskan alasan keterlambatan membuat Permenaker ini dan sudah sepatutnya Ibu Menteri
              meminta maaf atas keterlambatan agar Permenaker ini bisa segera selesai dan anak-anak yang
              berhak atas beasiswa segera memperolehnya. Pungkas Arief.
                                                           118
   114   115   116   117   118   119   120   121   122   123   124